googleb2757ebb443295f5 Kebenaran Kristiani: KESELAMATAN YANG BENAR

Selasa, 11 April 2017

KESELAMATAN YANG BENAR

Klik disini untuk mendengarkan audio mp3 Keselamatan yang benar.

Seharusnya seseorang merasa bernilai bukan karena pakaian yang dikenakan serta perhiasannya, bukan karena gelar yang disandangnya, bukan karena jabatan dan kehormatan yang dimiliki, kekayaan dan harta duniawi yang berlimpah dan segala sesuatu yang di mata manusia berharga. Tetapi seharusnya seseorang tidak merasa bernilai sebelum semakin sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Tuhan Yesus. Dengan demikian gelar yang disandangnya, jabatan dan kehormatan, kekayaan dan harta duniawi yang berlimpah dan segala sesuatu yang di mata manusia berharga, tidak menjadi ukuran nilai diri. Jika kita memiliki pemikiran ini, maka fokus hidup kita tertuju kepada bagaimana dapat mengenal Allah dengan benar, bergaul dengan Tuhan melalui Roh Kudus secara nyata agar kita dimuridkan secara pribadi oleh Tuhan Yesus, dan akhirnya menemukan gambar diri yang berpola pada wajah Yesus.

Hanya Tuhan Yesus yang berhasil memiliki wajah gambar dan rupa Allah yang sempurna. “Wajah” Tuhan Yesus adalah model gambar diri yang sempurna atau ideal yang juga harus kita miliki. Dalam proses pemuridan yang diasuh langsung oleh Tuhan Yesus melalui Roh Kudus, barulah kita dapat menemukan pengetahuan mengenai gambar diri yang tepat dan selanjutnya terus dalam proses perubahan untuk dapat memilikinya. Semakin seseorang memiliki wajah Yesus di dalam kehidupannya, maka ia semakin tidak menjadikan segala hal yang berharga di mata manusia sebagai ukuran nilai dirinya. Ia tidak menjadi minder dalam pergaulan di tengah-tengah manusia, tetapi juga tidak menjadi sombong atas apa pun yang dimilikinya, termasuk tidak menjadi sombong kalau menjadi lebih saleh dibanding orang lain.

Orang yang membanggakan kesucian atau kesalehannya, yang juga disebut sebagai sombong rohani, adalah orang yang belum menemukan gambar dirinya. Sebenarnya orang seperti ini bisa dipandang lebih sesat dari orang jahat yang menyadari kejahatannya. Orang yang membanggakan kesucian atau kesalehannya, justru tidak memiliki kesucian dan kesalehan yang sejati. Dalam lingkungan gereja, khususnya para rohaniwan, memiliki godaan seperti itu. Sepanjang sejarah kehidupan, selalu ada saja rohaniwan-rohaniwan atau pendeta yang menyatakan secara terang-terangan dan terbuka bahwa dirinya lebih suci dari rohaniwan atau pendeta lain. Yohanes menyatakan bahwa mereka menipu dirinya sendiri, pendusta dan tidak memiliki kebenaran (1Yoh. 1:8-10). Sesungguhnya mengejar kehidupan yang serupa dengan Yesus bukanlah untuk kebanggaan diri di mata manusia, tetapi demi kemuliaan nama Tuhan.

Dalam hal ini Kekristenan tidak dapat disamakan dengan agama manapun. Kekristenan bukan sekadar agama dengan atribut-atribut keagamaan seperti hukum-hukum dan seremonialnya. Kekristenan adalah jalan hidup, di mana orang percaya dituntun untuk mengenal karakter Tuhan dan mengenakan karakter Tuhan tersebut. Agama pada umumnya adalah jalan hidupnya dipandu oleh kitab suci yang mereka miliki, yang di dalamnya memuat hukum-hukum. Kalaupun memiliki seorang tokoh yang menjadi panutan, maka tokoh panutannya tidak bisa dicontoh dalam segala hal (dari keluarga, kehidupan seksnya, moral umumnya dan lain sebagainya). Tetapi Kekristenan dituntun oleh Roh Allah untuk memiliki karakter Tuhan.

Kekristenan adalah jalan hidup, di mana orang percaya bisa belajar kebenaran dari Injil. Injil tidak memuat hukum-hukum, tetapi kebenaran yang menunjuk kepada Pribadi Yesus, yang dapat diteladani dalam seluruh aspeknya. Tidak ada bagian dalam diri Tuhan Yesus dan kehidupannya yang tercela. Tidak ada satu kitab suci di dunia ini yang dapat menunjukkan cela dari kehidupan Tuhan Yesus, karena memang Dia tidak bercela dalam segala hal. Dari hal ini kita dapat membuktikan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus tidak dapat dibandingkan dengan agama manapun. Oleh sebab itu kalau seorang Kristen tidak semakin seperti Tuhan Yesus, maka ia harus menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dalam kehidupan Kekristenannya.

Anak Tunggal Allah Bapa menjadi manusia untuk bukan saja menebus dosa manusia serta memikul semua pelanggaran manusia, tetapi juga menjadi role model yang adalah jalan keselamatan yang sangat tepat dan cerdas. Dalam hal ini Kekristenan memiliki tujuan tunggal, yaitu menemukan wajah manusia yang dikehendaki oleh Allah sehingga layak disebut sebagai anak-Nya. Oleh sebab itu kebaktian di gereja menjadi percuma kalau dalam kehidupan setiap hari seseorang tidak bergaul dengan Tuhan Yesus melalui Roh Kudus secara konkret untuk diubahkan menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus. Gereja harus mengarahkan jemaat untuk bergaul dengan Tuhan melalui Roh setiap saat demi ditemukannya gambar diri dalam kehidupan mereka. 


Sumber disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan menuliskan komentar Anda. Kami akan segera menanggapinya. Terimakasih, Tuhan memberkati.