googleb2757ebb443295f5 Kebenaran Kristiani: September 2013

Senin, 30 September 2013

Apakah Kerajaan Allah?

Milt Rodriguez, salah seorang rekan dari pelayanan The Rebuilders – Amerika Serikat menggambarkan Kerajaan Allah sebagai berikut:

"Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." Kol. 1:13, 14


The Power of the Filter (Kuasa dari filter/penyaring)

Kita semua memiliki pola pikir. Ini merupakan sistem atau cara berpikir kita dalam topik-topik tertentu. Tiap topik memiliki suatu set tersendiri dalam hal pemikiran dan “prinsip-prinsip” yang berhubungan dengan pola pikir tersebut. Sebagai contoh, bila Anda seorang perenang Olimpiade maka Anda akan memiliki sebuah “pikiran” yang tertuju pada suatu olahraga tertentu secara spesifik. Seorang atlit renang dlam benaknya akan senantiasa dipenuhi oleh kata-kata air, bagaimana meluncur dengan cepat melalui air, pakaian renang, tutup kepala, kacamata renang, teknik renang, dan sebagainya. Pemusatan pikiran ini akan menjadi sebuah filter dalam pikiran atlit renang tersebut. Hingga ketika ia melihat air maka pikirannya secara otomatis akan tertuju pada berenang, berlomba, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kejuaraan renang. Saat ia sampai di kolam renang secara otomatis pula ia “melihat” sebuah kejuaraan yang harus dilakoni di depan matanya.

Kita juga melakukan hal yang sama saat membaca firman Tuhan mengenai Kerajaan Tuhan. Orang Kristen memandang topik ini dari berbagai sudut pandangan. Seperti perenang tadi, dalam benak kita sudah ada alur tersendiri mengenai apa itu Kerajaan Tuhan sebagai suatu filter.

Beberapa orang akan berpendapat bahwa Kerajaan Tuhan berbicara mengenai kekuasaan politik dan bagaimana Tuhan Yesus dapat berkuasa melalui anak-anak Tuhan yang menguasai ranah politik suatu negeri. Saudara yang lain melihat Kerajaan Tuhan sebagai pemulihan karunia-karunia rohani seperti kesembuhan, mujizat, kelepasan dari roh jahat, membangkitkan orang mati dll. Ada pula yang memiliki sudut pandang melihat Kerajaan melalui filter penginjilan, kebangunan rohani dan pertumbuhan gereja. Bagi mereka perihal Kerajaan Tuhan berbicara mengenai keselamatan umat manusia melalui pengenalan akan berita Injil. Pandangan lain umpamanya ada pula yang melihat perspektif Kerajaan Tuhan dengan penggenapan dari nubuatan akhir zaman mengenai kedatangan Kristus untuk kedua kalinya. Dan masih banyak lagi pandangan lainnya mengenai Kerajaan Tuhan yang berkembang dalam gereja kita.


Satu Pemikiran Yang Sangat Kita Perlukan

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita, kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu. Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, Kol. 3:1 - 4

Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Kol. 3:9 - 11

Saudara dan saudariku, kita sangat memerlukan pembaharuan budi pekerti kita sebagai ciptaan yang baru. Pembaharuan pikiran ciptaan baru “di dalam Kristus”. Pola pikir Ciptaan Baru!

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 2 Kor. 5:17

Dalam pola pikir baru ini kita dapat melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang baru. Ini merupakan perspektif dari Allah sendiri. IA memandang dari perspektif “di dalam Kristus!” Bapa hanya melihat dari sudut ini saja. Kita dapat menyatakan ini sebagai pola pikir Allah. DIA melihat segala sesuatu dari “filter” Anak Yang IA kasihi.

"Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan," Kol. 2:9

Kita tahu bahwa Allah melakukan segala sesuatu di dalam dan melalui Kristus. Sayangnya, kita kita tidak berpikir dengan pola pikirNya tersebut. Sebab itu kita sangat perlu untuk memperbaharui pikiran kita dengan pola pikir Kristus sebagaimana yang dituliskan Rasul Paulus.


Memandang Kerajaan Tuhan Melalui Pikiran Baru

Kita perlu untuk memeriksa kembali pola pikir kita, apakah pemikiran kita mengenai definisi dan pengertian mengenai Kerajaan Tuhan itu benar atau tidak? Milt Rodriguez menyatakan bahwa selama bertahun-tahun ia hanya melihat Alkitab sebagai buku yang penuh prinsip dan topik rohani. Di dalam topik-topik ini memuat “prinsip-prinsip” yang perlu dipelajari oleh setiap orang percaya. Saya bukan saja diajarkan seperti itu, saya pun mengajarkan orang lain hal yang sama. Saya mengucap syukur terhadap Tuhan pada akhirnya saya menyadari Alkitab bukan mengenai topik dan prinsip tetapi buku mengenai Seorang Pribadi. Pribadi tersebut adalah Yesus Kristus, Putra Allah! Kita dapat melihat, Pribadi inilah pusat pemikiran dan tulisan dari Allah. Alkitab bukanlah buku yang sekedar membahas keselamatan, doa, kesembuhan, kebenaran, kekudusan, kasih, pelayanan, gereja, Kerajaan Tuhan dll. Semua ayat firman Tuhan hanya berbicara mengenai satu Pribadi dan menyatakan Pribadi ini saja. (Yohanes 5:39, 40; Lukas 24:27; Wahyu. 1:1; Wahyu 19:13).


Sekarang mari kita lihat “topik” mengenai Kerajaan Tuhan.


Misteri

" Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan." Mrk 4:11

"Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus." Kol. 2:1 - 2


Benih

"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya." Mat 13:24

"Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus." Gal. 3:16


Pertama

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Mat 6:33

"Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. " Kol. 1:18

Harta

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. " Mat. 13:44

"Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. " 2 Kor. 4:7


Pernikahan

"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.” Mat 22:2

"Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. " Ef. 5:28b - 30


Kebun Anggur

"Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya." Mat 20:1

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Yohanes 15:5

Ini seharusnya kini menjadi definisi kita mengenai Kerajaan Tuhan. Kerajaan bukanlah sebuah topik pembahasan lainnya yang perlu kita taati. Kerajaan Tuhan adalah seorang Pribadi dan kita dipanggil untuk mengenal dan hidup sepenuhnya dengan Pribadi yang luar biasa ini.

"Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Lukas 17:20, 21

Tuhan berbicara mengenai diriNya sendiri. IA ada dalam pola pikir mereka. Kerajaan ada diantara mereka sebab IA ada diantara mereka! IA ADALAH Kerajaan. Kerajaan Allah adalah tempat Allah merupakan yang terutama, Allah berkuasa dan Allah adalah segalanya. Tempat itu berada di dalam Pribadi Kristus.

Sangat menarik bahwa Paulus tidak banyak menggunakan istilah “Kerajaan” namun Tuhan Yesus secara konstan membicarakannya. Milt Rodriguez percaya bahwa alasan Tuhan Yesus menggunakan istilah “Kerajaan” sebab IA pada umumnya berbicara terhadap bangsa Yahudi, yang pada saat itu berpikir (memiliki filter dalam pikirannya) bahwa ketika Yesus berbicara mengenai kerajaan maka yang akan dipulihkan adalah kekuasaan Israel secara politik. Tuhan Yesus ingin menekankan pada mereka bahwa yang DIA maksudkan dengan Kerajaan Tuhan adalah DIRINYA. Bila kita tilik Paulus berbicara pada bangsa non Yahudi, ia lebih sering menggunakan frase “di dalam Kristus”. Ia menggunakan frase tersebut lebih dari duaratus kali dalam surat-suratnya. Baik Tuhan Yesus maupun Paulus berbicara mengenai sebuah “lokasi”, Lokasi tersebut merupakan Pribadi Yang Mulia.


Warisan

Dalam Perjanjian Lama kerajaan dan tanah Kanaan merupakan sinonim. Tentu kita semua tahu bahwa kerajaan Israel dan tanah Kanaan sebagai tanah perjanjian hanyalah bayangan dari janji yang sebenarnya. Janji sebenarnya adalah Yesus Kristus. Paulus menggunakan gambaran tanah Kanaan sebagai penggambaran betapa kaya dan dalamnya kekayaan di dalam Kristus. (Kis 20:32; Kol. 1:12).

"dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. " Kol. 1:12 - 14

Kita dapat melihat disini bagaimana Paulus menyatukan gambaran dari tanah Kanaan (Yos 14:1) dan Kerajaan AnakNya Yang Kekasih. Kerajaan ini, warisan ini, tanah perjanjian ini tidak lain tidak bukan adalah Tuhan Yesus Kristus yang menjadi bagian setiap orang kudus!

Sumber : simplechurch
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 28 September 2013

“PERLUKAH GEREJA MODERN BERUBAH?”

Perubahan dalam dunia adalah sesuatu yang biasa. Kita perlu mengikuti perubahan yang terjadi di dalamnya. Dulu orang mengendarai kuda atau kereta kuda tetapi kini orang mengendarai sepeda motor atau mobil. Dulu orang menggunakan burung merpati untuk memberikan kabar berita lalu digantikan dengan cara surat menyurat atau pengiriman pesan melalui telegram tetapi kini orang dapat menggunakan pesawat telpon atau handphone untuk langsung berbincang-bincang, mengirimkan pesan singkat melalui SMS atau surat melalui e-mail atau berbincang melalui dunia maya yang dikenal dengan istilah chatting. Pada saat saya kuliah di perguruan tinggi di akhir tahun 80-an saya menggunakan mesin ketik manual untuk membuat tugas tetapi kini para mahasiswa menggunakan laptop dan printer. Dulu dapat memasang telpon pribadi di rumah sangat sulit dan mahal tetapi sekarang hampir semua orang memiliki telpon seluler. Siapa yang tidak mau berubah maka ia akan ketinggalan zaman, ia menjadi orang “jadul” (zaman dulu) dan gaptek (gagap teknologi). Begitu pula jika gereja tidak mau berubah bersama dengan Tuhan. Suka atau tidak gereja akan tertinggal, gereja akan dan harus mengalami perubahan. Tetapi sudah dapat diprediksikan bahwa pasti ada saja kelompok yang enggan berubah. Bagaimana menurut para pakar theologia tentang perubahan ini?

Beberapa pakar theologia dan riset memberikan beberapa saran perubahan:

DR. C. Peter Wagner, adalah pakar dalam bidang pertumbuhan gereja dan peperangan rohani, salah satu seorang pelopor gerakan Gereja Apostolik Baru, Dekan dari Wagner Leadership Institute (WLI) dan Presiden Global Harvest Ministry menyatakan ada 9 pergeseran paradigma yang tengah berkembang:

Dari Pemerintahan denominasi kepada pemerintahan apostolik atau rasuli.
Dari Reformasi Internal kepada pembaharuan apostolik.
Dari Visi gereja kepada visi kerajaan.
Dari Persekutuan gereja berdasarkan warisan (denominasi) kepada persekutuan gereja berdasarkan teritorial (kota).
Dari ekspansi gereja kepada transformasi masyarakat.
Dari bertoleransi pada setan kepada invasi terhadap kerajaan setan.
Dari Pendidikan theologia kepada memperlengkapi pelayan.
Dari muatan doktrin yang berat kepada muatan doktrin yang ringan.
Dari pengudusan Reformed kepada kekudusan Wesley.

George Barna, pakar riset dari Amerika Serikat dan pimpinan Barna Research, telah meneliti hubungan antara gereja dan budaya Amerika Serikat. Ia telah melihat perubahan yang muncul:

Otoritas: Dari sentralisasi kepada desentralisasi.
Kepemimpinan: dari dipimpin pendeta kepada dipimpin orang “biasa”.
Distribusi kuasa: dari vertikal pada horisontal.
Reaksi pada perubahan: dari menolak kepada menerima.
Identitas: dari tradisi dan aturan kepada misi dan visi.
Lingkup pelayanan: dari segala macam kepada spesialisasi.
Praktek: dari diikat oleh tradisi kepada diikat oleh relevansi.
Peranan umat: dari observasi dan support pada partisipasi dan inovasi.
Produk utama: dari pengetahuan kepada transformasi (perubahan)
Faktor sukses: dari ukuran, efisiensi, image kepada kemudahan akses, pemberian dampak dan integritas.
Tantangan utama: dari momentum, hubungan, kepemimpinan dan kepuasan kepada hubungan, kesatuan, kepemimpinan dan keseimbangan.
Efek teknologi: dari merebut perhatian kepada memfasilitasi pertumbuhan.
Sarana bertumbuh: lebih dari sekedar program-program yang dijalankan lebih baik kepada hubungan dan pengalaman yang lebih mendalam.
Prospek pertumbuhan: dari terbatas pada tanpa batas.

Lebih lanjut George Barna pun menyatakan mengenai 10 profil gereja abad 21:

Gereja abad 21 menolak agama mati.
Gereja abad 21 kembali menemukan sukacita mendengar suara Tuhan.
Gereja abad 21 bergerak dalam penginjilan lintas budaya.
Gereja abad 21 peduli hubungan dari pada program dan organisasi.
Gereja abad 21 memberi keleluasaan pada kreatifitas.
Gereja abad 21 menaruh perhatian terhadap rekonsiliasi.
Gereja abad 21 memiliki pemahaman yang matang tentang peperangan rohani.
Gereja abad 21 menerima konsep “Gereja seKota”
Gereja abad 21 memberikan perhatian kepada pelayanan sosial.
Gereja abad 21 menyembah Allah dengan bebas.

Lain lagi pernyataan Eddie Gibbs, Profesor pertumbuhan gereja di School of World Mission di Fuller Theological Seminary:

Dari hidup di masa lalu kepada berurusan dengan masa kini.
Dari berorientasi terhadap “pasar” kepada berorientasi pada misi.
Dari birokrasi hirarki kepada jaringan apostolik.
Dari menyekolahkan profesional kepada mentoring pemimpin.
Dari mengikuti selebritis rohani kepada menjumpai orang kudus.
Dari menarik pengunjung kepada mencari yang terhilang.
Dari belonging (menerima/keanggotaan) ke believing (percaya/pemuridan).
Dari orthodoxy yang mati kepada iman yang hidup.
Dari jemaat generik kepada komunitas yang berinkarnasi.
Sedangkan Wolfgang Simson dari DAWN Ministries memberikan 15 tesis tentang reinkarnasi gereja (dalam bukunya yang fenomenal Houses That Changes The World):

Gereja adalah gaya hidup, bukan seri pertemuan agamawi.
Waktu untuk merubah sistem.
Reformasi ke tiga (reformasi struktur)
Dari bangunan bait Allah ke gereja yang bertemu di rumah.
Gereja harus menjadi kecil untuk bertumbuh menjadi besar.
Tidak ada gereja yang hanya dipimpin oleh seorang gembala saja.
Potongan yang benar – dipersatukan dengan cara yang salah.
Allah tidak meletakkan gereja di tangan kependetaan yang birokratif.
Dari kekristenan yang terorganisir menjadi kekristenan yang organisme.
Dari menyembah penyembahan menjadi penyembah Allah.
Berhenti membawa orang ke gereja dan mulai membawa gereja ke orang-orang.
Menemukan kembali “perjamuan Tuhan” sebagai perjamuan yang nyata dengan makanan yang nyata.
Dari berbagai denominasi kepada perayaan sekota.
Mengembangkan roh tahan uji terhadap aniaya.
Gereja yang pulang ke rumah.

Robert Fitts, pimpinan Outreach Fellowship International dan penulis buku Church in the House (Gereja di Rumah) memberikan pandangan 40 tren perubahan terhadap transformasi gereja, sebuah buah pemikiran pada kealamiahan dan fungsi gereja:

1. Dari kehidupan berpusat pada pertemuan kepada kehidupan berpusat pada Kristus. (teladan Yesus adalah melayani secara spontan, setiap hari, situasi dimana saja tanpa perencanaan, setiap saat.)

2. Dari Kekristenan kepada Kristus. (Bukan sebuah filosofi, sistem, pergerakan atau agama, tetapi seorang pribadi . . . KRISTUS DALAM DIRIMU!)



3. Dari gedung gereja kepada gereja di rumah. (Menjadi sederhana untuk mudah bermultiplikasi)



4. Dari pertumbuhan yang meningkat hanya dari dalam kepada pertumbuhan dari dalam dan luar yang meningkat. (Baik akibat pertambahan maupun multiplikasi)

5. Dari pelayanan seorang gembala (pendeta) kepada pelayanan lima jawatan (Kita memerlukan ke lima pelayanan jawatan tersebut.)

6. Dari keimamatan khusus kepada keimamatan setiap orang percaya (Membawa Tuhan kepada orang-orang melalui kesaksian kita dan doa syafaat)

7. Dari organisasi kepada organisme (Hati-hati! Lawan dari hirarki adalah anarki)

8. Dari penyembahan tiap minggu kepada penyembahan setiap saat. (Penyembahan itu lebih dari hanya sekedar menyanyi)

9. Dari membawa orang ke gereja kepada membawa gereja kepada orang-orang. (Doa yang membakar. "Bapa, bawa aku ke dalam jalan salibMu hari ini, bawalah aku hari ini bertemu dengan orang yang lapar akan Engkau atau sedang membutuhkan . . . ")

10. Dari simbolis kepada substansi perihal Perjamuan Makan (Suci) (Lakukan sesering mungkin)

11. Dari denominasi kepada jejaring yang dipimpin Roh Kudus (Mengidentifikasi diri dengan gereja sekota)

12. Dari kehormatan sosial kepada menjadi GARAM & TERANG (Menggonjang-ganjingkan dunia)

13. Dari pertunjukan oleh kaum imam profesional kepada I Korintus 14:26. ("Setiap orang yang memiliki pengajaran. .

.") 14. Dari berdasarkan program kepada gereja berdasarkan rumah (Liturgi, Penginjilan, Informal)

15. Dari sistem pendidikan seminari kepada sistem pemuridan (Sekolah Alkitab sederhana)

16. Dari perpuluhan kepada memberikan semuanya sesuai Perjanjian Baru (Kedermawanan dengan janji penghargaan)

17. Dari penundukan diri secara selektif (hanya pada denominasinya) kepada penundukan diri total (tunduk kepada otoritas yang ditunjuk Allah)

18. Dari jabatan kepada fungsi ("Jangan memanggil seorang pun guru, ayah, rabi, dll. . .")

19. Dari gereja independent kepada gereja inter-dependent (terhubung dengan gereja se-kota untuk saling menolong, menguatkan dan menasehati)

20. Dari keanggotaan tersurat kepada anggota Tubuh Kristus (kita merupakan anggota dari seorang dengan yang lainnya)

21. Dari sistem roda kepada pokok anggur (mengutus tim penanam gereja sederhana di rumah-rumah)

22. Dari kesatuan organisasi kepada kesatuan rohani (hanya tinggal satu langkah menuju kesatuan. . .SALING MENERIMA)

23. Dari Safeway atau Circle K kepada Safeway dan Circle K (menerima semua yang Tuhan terima). CATATAN: Safeway dan Circle K merupakan gerai mini market, maksudnya keragaman “nama” gereja modern.

24. Dari “kita dan mereka” kepada “kita” (Menolak untuk mengizinkan roh pemecah belah dalam persekutuan kita)

25. Dari hanya menanam gereja bergedung kepada menanam gereja dimana saja secara spontan. (menyadari ekklesia dapat bertemu dimana saja)

26. Dari belenggu kepada kemerdekaan bagi kaum wanita (Kis 2:17-18 , Gal. 3:26-28)

27. Dari sistem presbiteri (majelis) tanpa orang-orang kepada majelis bersama orang-orang (Kis 15:22)

28. Dari kesewenang-wenangan kepada petunujk alkitabiah dari penatua-penatua yang telah ditetapkan (I Tim. 3, Titus 1)

29. Dari “gembala saya” kepada “gembala-gembala saya” (guru-guru, penginjil-penginjil, rasul-rasul, nabi-nabi)

30. Dari membangkitkan pemimpin-pemimpin kepada mengangkat para hamba. (Kerajaan Allah bertanah rata)

31. Dari visi lokal kepada visi dunia (tiga cabang kepercayaan dalam gereja)

32. Dari membangun kerajaan saya kepada membangun KerajaanNya (Mari saya menolongmu untuk menggenapi visimu.)

33. Dari gereja bertembok kepada gereja se-kota. (Mereka memenuhi Yerusalem dengan pengajaran mereka)

34. Dari rasa takut mengalami pencurian domba kepada takut memiliki domba (Kis 20:28-31)

35. Dari berpusatkan pada gembala kepada membuat semua orang menjadi gembala. (Kis 20:28-31)

36. Dari menggunakan kata “gereja” kepada menggunakan frase “tubuh Kristus." (Kis 19:32-41)

37. Dari pembatasan kepada persekutuan yang tidak dirintangi. ( Saya anggota dari tiap gereja di dalam kota.)

38. Dari diliputi kelalaian kepada ketenangan. (tanaman tomat, api, starter motor)

39. Dari tipe kuliah kepada tipe belajar Alkitab secara interaktif. (Tubuh melayani dirinya sendiri dengan kasih.)

40. Dari piramid kepada kue pancake dalam pengertian kita akan penundukan diri terhadap otoritas. (Saya tunduk kepada Raja segala Raja dan setiap otoritas rohani yang Tuhan utus dalam hidup saya.)


Saya rasa pernyataan dari para pakar di atas cukup banyak untuk menjadi bahan permenungan kita semua. Saya berharap dari hasil permenungan tersebut kita semua dapat berubah ke arah yang lebih baik sebab makin mengerti kehendak Tuhan yang sempurna.
Baca Selengkapnya...

Kamis, 26 September 2013

Permisi Gan...Admin mau buka lapak jualan buat cari sesuap nasi...moga-moga ada yang beli :)

Ane, Hengky Candra, Admin blog ini, menerima pemesanan tas home industri dengan minimal order 50 pcs per model. Cocok bagi Agan yang mau menjadikannya sebagai :

1. Souvenir ulang tahun yang dibagikan kepada teman-teman sekolah yang hadir pada pesta ulang tahun anak Agan;

2. Souvenir di acara retreat, seminar atau outbond di gereja Agan (bagi yang Nasrani);


3. Souvenir bagi para karyawan Agan di dalam acara gathering atau training perusahaan/instansi Agan;

4. Menjualnya kembali di toko Agan atau sebagai reseller.

5. Harga yang murah namun dengan kualitas bahan yang berani bersaing dengan merek-merek branded seharga Rp. 100.000,- s/d Rp. 150.000,-

Produk ini cocok bagi Agan yang tidak terlalu mementingkan merk namun juga tidak suka mengkompromikan kualitas. Tas home industry ini memang berbeda dengan buatan pabrik, meski demikian itu tidak berarti kalah kualitas, karena selain home industri tidak memerlukan biaya mesin/produksi yang tinggi layaknya pabrik sehingga bisa lebih murah, home industri juga dibuat dengan sentuhan tangan perajin profesional dan telah berpengalaman membuatkan bagi instansi-instansi pemerintahan maupun swasta ataupun LSM, sekolah/Universitas, organisasi, dlsb.

Kualitas bahan tas tebal, halus dan kuat, tas didesain berdinding double, ada lapisan dinding dalam dan lapisan dinding luar. Untuk sementara model yang Ane pasang baru yang ini terlebih dahulu, nanti akan Ane sempatkan menyusulkan beberapa model yang lain. Atau jikalau Agan punya desain model dan kombinasi warna tersendiri juga dipersilakan meng-order, dengan memberikan contoh spek/model/warna secara detail dan meng-email-nya ke hengkycandra1978@gmail.com.

Barang selesai dibuat kira-kira dalam tempo 3 atau 4 minggu, harap maklum karena banyaknya antrian orderan dan terbatasnya karyawan mempengaruhi lamanya pembuatan. Harga dibawah ini belum termasuk bordir / logo / hiasan (bisa pesan sesuai selera). Harga tersebut juga belum termasuk ongkos kirim. Kami menerima pengiriman ke seluruh penjuru Indonesia.


Pesan   50-100 Pcs = Harga Rp. 47.000,-/pcs

Pesan 101-150 Pcs = Harga Rp. 45.000,-/pcs

Pesan 151-200 Pcs = Harga Rp. 43.000,-/pcs

Pesan 201-250 Pcs = Harga Rp. 40.000,-/pcs

Untuk pemesanan :
sms ke HP : 089 613 680 280 atau add Pin BB : 224546FA
Transfer Via Bank : Mandiri, BCA, BII, dan Permata.



NB: Ane jamin jualan ini bukan akal-akalan atau rekayasa. Ane pertaruhkan nama baik Ane serta beberapa blog Ane yang yang sudah lumayan traffiknya ini. Sebagai seorang pengikut Kristus pantang buat Ane untuk berbuat tidak jujur atau menjahati / mengakali konsumen, Ane siap dihukum Tuhan Yesus jika sampai mengakali/tidak jujur pada konsumen. Bahkan Ane ambil untungnya juga mepet sekali, karena sudah Ane bilang diatas lapak ini cuma sekedar untuk mencari sesuap nasi bagi keluarga. Sesegera mungkin setelah barang jadi pasti akan Ane kirim ke tempat tujuan, sesuai order. 


1. Kode TS002 Merah

Tampak Depan (Merk Sample Ane buat blur..)


Tampak Belakang


Tampak Atas 1


Tampak Atas 2




2.  Kode TS002 Biru

 Tampak Depan (Merk Sample Ane buat blur..)


Tampak Belakang


Tampak Atas 1


 Tampak Atas 2


Tampak Samping 

Baca Selengkapnya...

Rabu, 25 September 2013

IRAN: Pelayan Tuhan dipenjara, para tahanan bertobat

IRAN, Teheran (MP) -- Setahun ditahan di Penjara Evin di Iran, Pastor Saeed Abedini diberitakan telah membawa lebih dari 30 orang mengenal Yesus Kristus (Isa al-Masih).

Hal ini diungkapkan oleh Naghmeh Abedini, sang isteri, ketika menjadi pembicara di sebuah pertemuan di Liberty University, Amerika Serikat.

"Mereka banyak kali telah mengatakan padanya bahwa mereka akan membebaskannya dan mengijinkannya kembali pada keluarga kami, dengan anak-anak dan saya, jika ia menyangkal iman Kristennya, [namun] ia tetap teguh berdiri di penjara itu," demikian ungkap sang isteri seperti dilaporkan theblaze.com.

Pastor Saeed menjadi Kristen tahun 2000 lalu dan menjadi salah satu tokoh kebangunan gereja di Iran. Pernikahannya dengan Naghmeh yang berkewarganegaraan AS memberikannya kesempatan untuk memiliki dual-citizenship, Iran dan AS. Saat ini mereka telah dikaruniakan dua orang anak.

Pastor Saeed ditahan di pertengahan 2012 lalu sementara berupaya membangun sebuah panti asuhan. Ia dituduh pemerintah Republik Islam Iran membahayakan keamanan nasional. Pada persidangan di awal 2013 ia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara.

Dalam sebuah surat yang dikirimkan Pastor Saeed kepada isterinya di permulaan tahun ia mengungkapkan tentang penganiayaan mental dan fisik yang harus dialaminya dalam tahanan, termasuk tidak diijinkan berobat.

"Bagi saya mengetahui bahwa begitu banyak di antara mereka sekarang mengenal Kristus, semua itu menjadi tidak sia-sia. Aku tahu bahwa penahanannya tidaklah sia-sia," ungkap sang isteri seperti dikutip Christianpost.com.

"Anak-anak begitu ingin supaya ia kembali, tapi kami bangga bahwa ia lebih memilih Kristus dari kami, bahkan lebih dari berkumpul bersama kami, ia telah memilih untuk mempertahankan imannya," ungkapnya.

Saat ini petisi untuk pembebasan Pastor Saeed di beheardproject.com telah mencapai lebih dari 600.000.

Sumber : Menarapenjaga.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

Selasa, 24 September 2013

Bau tak sedap otoritarianisme dalam gereja

Kepemimpinan pada strata "puncak piramida" dalam kehidupan bergereja sering mengidap ‘penyakit kekuasaan’. Dunia juga tahu bahwa pusat kekuasaan selalu rentan dan tidak imun terhadap korup ; makin melimpahnya kekuasaan maka makin terbuka lebar kemungkinan penyalahgunaannya. Praktek manipulasi, dominasi bahkan intimidasi makin tumbuh subur. Entah pada ujung-ujungnya berhubungan dengan keuangan, moralitas atau arogansi. Sering para elite rohani menegaskan bahwa otoritas mereka diperlukan untuk mengontrol dan menjaga kawanan. (Meski disisi lain juga mengundang pertanyaan tentang siapa yang mengontrol mereka? Apakah mereka kebal dosa? Bisa meng"excuse" kesalahan sendiri karena statusnya adalah mandataris Tuhan dan cenderung "tidak bisa salah" ? Kepada siapa secara pribadi mereka memberikan pertanggungjawaban atas keuangan dan moralitas? ). Perlu terus menjadi kritis mengenai seberapa jauh implikasi dan aplikasi soal topik bahasan tersebut supaya kebenaran tentang otoritas tidak diserongkan dan proses pembodohan terus terjadi.

Jika ketidak-seimbangan mengenai hal tersebut tidak terkoreksi maka pada akhirnya otoritarianisme akan tumbuh subur dalam gereja. Proses memberdaya(kan) sering melenceng menjadi proses memperdaya. Apa akarnya? Meski tidak semua akar permasalahannya bisa diungkapkan dalam coretan singkat ini tetapi pada hemat penulis salah satu akar masalahnya adalah pemahaman yang tidak seimbang tentang prinsip penundukan diri dalam Ibrani 13:17 di kalangan pemimpin rohani. Ungkapan ‘tunduk dan taatilah pemimpinmu’ pada ayat tersebut telah dipahami bahkan diterapkan pada konteks yang kurang tepat, sekaligus menjadi senjata ampuh yang digunakan dalam proses manipulasi dan intimidasi terhadap jemaat/pengikut demi kepentingan sepihak, sang pemimpin.

Ada baiknya menjadi jujur tentang situasi tersebut dan melakukan studi serta kajian lebih mendalam lagi. Karena perilaku dibentuk oleh apa yang kita tahu, maka salah pengetahuan berarti salah kelakuan. Hidup kita dibentuk oleh berita yang kita dengar dan hayati. Kebenaran soal kepemimpinan dan penundukan diri pun harus dilihat pada sudut pandang yang seimbang. Kalau kita melihat kata Yunani yang relevan dengan kekuasaan/otoritas rohani maka kata tersebut adalah: exousia. Kata ini biasanya diterjemahkan sebagai 'kekuatan (power)' atau pun 'kekuasaan (otoritas)', dalam bahasa Inggrisnya adalah 'authority'.

Yang menarik adalah bahwa pada Perjanjian Baru, tidak disebutkan bahwa seorang percaya mempunyai 'kekuasaan/otoritas/exousia' seorang terhadap yang lainnya (sekalipun memiliki otoritas atas banyak hal yang lain). Kita punya otoritas/kekuasaan terhadap hal-hal, dan bahkan roh- roh di udara, tetapi tidak pernah terhadap orang Kristen lainnya. Hal ini menimbulkan debat yang mengejutkan mengenai kepemimpinan dan otoritas/kekuasaan rohani. Raja-raja mempunyai otoritas/kekuasaan terhadap subjek mereka; Paulus mempunyai otoritas/kekuasaan dari para imam untuk menganiaya gereja (Kisah 9:14, 26:10-12). Tetapi semua itu dari luar gereja. Di dalam gereja, seorang percaya tidak pernah dikatakan mempunyai exousia terhadap yang lainnya, tanpa memperhatikan posisi atau pun wibawa mereka.

Siapakah yang harus seseorang patuhi? Di sini, jawabannya menarik juga. Jika kita mengamati penggunaan kata “hupakouo”, yang merupakan bahasa Yunani yang berarti 'obey/patuh/taat' maka kita akan menemukan bahwa kita harus mentaati Tuhan, Injil (Roma 10:16) dan pengajaran para rasul (Filipi 2:12, II Tesalonika 3:14). Anak-anak mentaati orang tua mereka, dan hamba kepada tuannya (Efesus 6:1, 5) Apakah hubungan antara orang percaya terhadap para pemimpin jemaat ada dalam konteks "ketaatan" tersebut ? Jika seperti itu, maka hal tersebut tidak dikatakan dalam Perjanjian Baru.

Bagaimana dengan teks dalam Ibrani 13:17, yang berkata: 'taatilah pemimpinmu?' Teks ini menarik, karena memberikan pengertian yang dalam mengenai pengertian kepemimpinan dalam Perjanjian Baru. Keterangan sebelum ini sudah menekankan sisi negatifnya -- bahwa mereka tidak punya otoritas/kekuasaan rohani dalam arti yang biasanya, dan bahwa orang percaya tidak dikatakan harus mentaati mereka, dalam kerangka pengertian "exousia". Bagaimanapun juga, Perjanjian Baru bersikeras bahwa ada pemimpin-pemimpin dalam jemaat lokal dan kehadiran serta pelayanan mereka penting bagi kesehatan dari jemaat. Masalahnya adalah pada konsep kepemimpinan itu sendiri; bersumber dari kebenaran rohani atau konsep kepemimpinan yang dari duniawi? Ada petunjuk dalam Ibrani 13:17. Jika Anda mengamati kata kerja yang diterjemahkan menjadi 'obey/mentaati', Anda akan menemukan kata 'peitho' yang berarti 'membujuk'/persuasi. Dalam bentuk kata yang dipakai di sini (middle-pasif) berarti sesuatu seperti 'biarkan dirimu dibujuk oleh' atau 'mempunyai kepercayaan dalam'.

Sekarang ini sangat membantu. Orang-orang percaya harus membiarkan diri mereka untuk dibujuk oleh para pemimpin mereka. Pemimpin diberi kehormatan tertentu yang membuat kata-kata mereka lebih berbobot dari yang sebenarnya mereka punyai dalam dan dari diri mereka sendiri. Memiliki kemampuan persuasif. Dan para jemaat yang lain harus condong untuk mendengarkan apa yang mereka katakan. Kita harus membiarkan diri kita untuk dibujuk oleh para pemimpin -- tidak untuk mentaati mereka membabi buta/tanpa berpikir, tapi berdiskusi dengan mereka sementara kita condong untuk mendengarkan apa yang mereka katakan. .

Kata kerja lain yang digunakan dalam Ibrani 13:17 menguatkan kesimpulan ini. Ketika teks ini mendesak orang-orang untuk tunduk pada pemimpin, ini tidak menggunakan jenis kata dalam Perjanjian Baru untuk kata 'submit / tunduk' yang kata aslinya adalah “hupotassomai”, yang bermakna konotasi: sesuatu seperti menaruh diri sendiri dalam suatu organisasi di bawah pimpinan orang lain. Kata itu berbeda. Ini adalah “hupeiko”, bukan hupotassomai dan ini hanya muncul sekali dalam Perjanjian Baru. Ini berkonotasi bukan suatu struktur di mana kita tunduk, tetapi suatu peperangan dimana setelah itu orang menyerah/mengalah. Gambarannya (bila dalam kemiliteran) adalah suatu diskusi yang serius, suatu pertukaran tempat ketika suatu partai menyerah. Ini lebih kepada membiarkan diri kita dibujuk oleh pemimpin-pemimpin jemaat, daripada tunduk tanpa perlawanan pada mereka seperti yang kita lakukan pada kekuasaan dan struktur kehidupan yang ada.

Hal ini menjadikan masuk akal dengan kriteria pemimpin dalam surat-surat pastoral. Karakter adalah hal terpenting bagi pemimpin -- mereka harus 'dapat-dihormati’. Jika mereka seharusnya menjadi 'pembujuk', itu berarti mereka harus dengan sangat unggul dapat dihormati, karena orang jenis inilah yang cenderung kata-katanya dapat dianggap serius/penting. Jenis dari 'kemampuan untuk dapat dihormati' yang diuraikan di sana meminjam arti kata kredibilitas dari pemimpin, karena itu memberi kita kepercayaan untuk membuat kita membuka diri sebagai jemaat untuk dibujuk oleh mereka. Bukannya menuntut penghormatan berlebihan atas otoritasnya sementara kehidupannya tidak berkarakter dan kredibel.

Kita harus mengambil ide tentang kepemimpinan dari Perjanjian Baru, bukan dari dunia. Maka, kita harus memulai bukan dengan konsep duniawi dari kepemimpinan, tetapi dengan ide alkitabiah dari kata 'pembujuk' dan mencoba untuk menerapkannya dalam situasi sehari-hari kita. Benar bahwa orang yang olehnya jemaat dibujuk, menerima sejenis penghormatan dan kekuasaan/ otoritas. Tetapi ini bukan kekuasaan yang membabi buta seperti praktek dari banyak otoritas/ kekuasaan rohani dewasa ini.

Kita sudah melihat bahwa otoritas rohani itu berdasarkan kepercayaan yang sungguh-sungguh pada pemimpin. Tapi pemimpin juga berdasar pada kebenaran. Pemimpin jemaat harus mencintai kebenaran dan benci untuk didengarkan ketika mereka tidak menunjukkan integritas dan kredibilitas sejati. Lebih lagi, kebenaran itu penting sekali dalam ke-persuasif-an pemimpin. Tapi persuasif menuntut adanya dialog; dan dialog membutuhkan keaktifan partisipasi dari semua jemaat. Seorang pemimpin yang punya karisma untuk membujuk orang untuk melakukan yang tidak benar, dan melakukannya, itu jahat/sihir. Dan buruk juga, jemaat yang mengikuti secara membabi buta.

Terbujuk pada suatu kebohongan adalah bentuk terburuk dari perbudakan. Pemimpin-pemimpin dalam jemaat terikat dengan kebenaran dan melayaninya jauh di atas pelayanan mereka terhadap yang lain. Dan jemaat terikat dengan tanggung jawab untuk berdialog mengenai kebenaran. Kepercayaan yang ditimbulkan oleh pelayanan itu berbahaya jika tidak dikoordinasi dengan ketundukan pada kebenaran Injil. Jika kebenaran dan kepercayaan tidak berjalan bersama-sama dalam dasar kepemimpinan dalam jemaat, maka kepercayaan yang diciptakan dalam pelayanan ini akan menjadi suatu bentuk yang jelas dari kekuatan-kekuatan yang kita sebut manipulasi.

Kepemimpinan Kristen yang murni, berdasarkan pada kebenaran dan kepercayaan, tidak pada kepemimpinan gaya dunia. Kepemimpinan dalam jemaat disebut sebagai kehidupan pelayanan yang dapat-dihormati. Kehidupan yang kredibel dan berintegritas seperti itu menimbulkan kepercayaan dari orang lain. Pemimpin, seperti semua anggota Tubuh Kristus, tunduk pada kebenaran dan hidup dalam kebenaran yang adalah Kristus sendiri. Seharusnya otoritarianisme kepemimpinan dan pasifnya kepengikutan tidak ada dalam kehidupan bergereja kita. - Cornelius Wing -

Sumber: gerejaperjanjianbaru.blogspot.com
Baca Selengkapnya...

KETIKA TUHAN - AGAMA TAK BERDINDING

Menyikapi Surat SPB 2 Menteri tentang: Rumah Ibadat
Oleh: Stevanus Soebagja

Agama tanpa tembok dengan demikian menjadi visi dan cara baru beribadat.

Surat Peraturan Bersama (SPB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat—yang merupakan revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1969—telah ditandatangani.

Selanjutnya, surat yang sudah dikenal sebagai sumber polemik ihwal pendirian rumah ibadat—termasuk yang memicu pelarangan ibadat—itu akan melalui tahap implementasi di lapangan.

Seperti sudah diduga sebelumnya, reaksi yang terjadi adalah beberapa rumah yang dijadikan tempat ibadah di tutup oleh warga. Penutupan lebih karena tidak di penuhinya persyaratan sesuai SPB.

Secara tidak langsung tersirat bahwa terpenuhinya syarat sesuai SPB lebih tinggi nilainya daripada ibadat itu sendiri. Substansi ibadat kepada Tuhan mengalami degradasi, tidak lebih penting dari persyaratan pendirian rumah ibadat.


Transformasi Ibadah

Terlepas dari perdebatan soal perlu tidaknya izin pendirian rumah ibadat (dalam praktiknya mencakup pula izin beribadat), sisi positif kasus ini membuka mata perihal keber-agama-an baru. Baru di sini bukan berarti pertama kali ada, tetapi baru dalam arti pemeluk agama disadarkan akan ketidak-terbatasan Tuhan yang menjadi tujuan ibadat, yang mestinya juga terbawa dalam ketidak-terbatasan cara beribadat kepada-Nya.

Mereka yang menentang SPB sebagai revisi SKB mengatakan bahwa ibadat tidak perlu memakai izin. Setiap pemeluk agama berhak untuk membangun rumah ibadat dan melaksanakan ibadat sesuai keyakinannya, yang merupakan bagian dari hak asasi manusia.

Di satu sisi pernyataan ini benar dan berupaya meletakkan ideal beragama di tengah masyarakat plural. Namun di sisi lain juga menjadi absurt karena dengan menolak syarat izin pendirian rumah ibadat yang sudah ditetapkan pemerintah, justru telah mengingkari sifat ketidak-terbatasan Tuhan—yang berizin atau tidak, memenuhi syarat atau tidak—tidak terpengaruh olehnya. Ketidak-terbatasan Tuhan mestinya akan membuka peluang cara beribadat baru kepada-Nya.

Bahwa sekalipun ibadat harus mempunyai izin dengan tanda tangan ber-KTP dari jemaah sebanyak 90 orang dan dari masyarakat sekitar 60 tanda tangan sesuai syarat SPB, menjadi absurt jika disandingkan dengan sifat ke-Maha-an Tuhan tadi.

Izin memang bisa menghambat pendirian rumah ibadat dan pelaksanaan ibadat dengan cara dan kebiasaan yang sudah berjalan. Tapi peraturan yang dirasakan membatasi itu mestinya justru membuka cara beribadat baru yang tak habis-habisnya, sesuai sifat-Nya yang Maha Tak Terbatas.

Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa pendirian rumah ibadat dan pelaksanaan ibadat terhambat soal izin di atas. Yang terhambat hanya pendirian rumah ibadat dan pelaksanaan ibadat sebagai kebiasaan selama ini, namun tetap tak terbatas dalam cara beribadat baru, yang bebas dari “terkondisikan” untuk meminta izin seperti disyaratkan.

Tuhan, rumah ibadat dan cara beribadat kepada-Nya bebas dari aturan politik dan legitimasi sosial. Itu semua bukan soal perlu atau tidak perlu izin, tetapi memang substansinya tidak mengenal izin karena sifatnya yang transenden, rohaniah, bahkan imaniah yang undang-undang pun tidak bisa menjangkaunya.

Dengan membuka wawasan dan kesadaran baru tentang sifat ke-maha-an Tuhan, setiap upaya manusia untuk membatasi pendirian rumah ibadat (yang notabene diyakini juga rumah untuk bertemu dengan Tuhan, bahkan “Rumah Tuhan”) hanya menjadi penghambat kecil, bahkan akan tergerus oleh sifat Maha Tak Terbatas. SPB tidak lagi dipandang sebagai hambatan karena Tuhan akan membuka cara beribadat yang baru dan kreatif. Sebuah transformasi ibadat.


“Tuhan tanpa Rumah”

Pasca penandatanganan SPB yang bisa dilakukan ialah membuka seluas mungkin cara beragama baru yang tidak terbentur pada soal izin mendirikan rumah ibadat. Dengan kata lain, upaya matematikanisasi kegiatan spiritual—dengan syarat 90 jemaat ber-KTP dan 60 orang lingkungan sekitar sebagai “baptis politik” pemerintah dan “baptis sosial” warga sekitar—agar ibadat aman dan sah, perlu disikapi dengan membuka pintu teologi baru atas pendirian “rumah Tuhan” dan rutinitas beribadat kepada-Nya.

Sebetulnya tidak ada yang hilang, sekalipun rumah ibadat tidak boleh didirikan atau bahkan yang sudah berjalan ditutup. Meski rumah ibadat diidentikkan sebagai “rumah Tuhan”, penutupan rumah ibadat tidak berarti “Tuhan kehilangan rumah”.

Justru sebaliknya, pendirian rumah ibadat termasuk pelanggaran dan penutupan hanya karena tidak memenuhi syarat sehingga tidak berizin, mengingatkan kembali tentang substansi “Tuhan tanpa rumah”.

Meminjam terminologi Kristen, dimana Anak Manusia (baca: Tuhan) tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Jangankan rumah ibadat, rumah-Nya, bantal saja tak punya. Teologi “Tuhan tanpa rumah” ini justru membebaskan agama dan umat untuk mencari cara ibadat yang tak terbatasi oleh bangunan dan ritual-ritualnya.

Rumah ibadat adalah seluruh alam semesta, yakni dimana saja dan ritual-ritual peribadatan langsung terefleksikan pada keseharian hidup umat beragama dari hati, pikiran ke perilaku sebagai jantung dan etalase ibadat itu sendiri. Selama ini telah terjadi institusionalisasi ibadat, bahwa ibadat hanya dalam rumah ibadat saja, di luar itu dianggap belum atau tidak melakukan ibadat.


Agama tanpa Tembok

Dalam konteks agama, matematikanisasi izin pendirian dan kegiatan peribadatan di dalamnya, justru membuka peluang lahirnya agama tanpa tembok (religion without wall) sebagai konsekuensi teologi “Tuhan tanpa rumah”. Hal mana sejalan dengan prinsip-prinsip universal agama bahwa agama bukan sekedar ditandai dengan bangunan fisik atau ritual ibadat. Tetapi agama adalah organisme hidup, kumpulan mereka yang percaya kepada yang transenden. Primary concern agama dalam hal ini ialah manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya, dan bukan semata tempat ibadat dan simbol-simbol keagamaan.

Dakwah agama dengan demikian juga tidak terbatas pada komunitas jemaah lokal (at stated times), tetapi dengan terbebas dari sindrom pendirian rumah ibadat, agama justru dibukakan ladang dakwah baru di mana saja. Sikap agama terhadap SPB yang mensyaratkan pendirian rumah ibadat dengan demikian seharusnya disikapi kebalikannya, yakni dengan menerima tanpa syarat (unconditional acceptance).

Agama tanpa tembok dengan demikian menjadi visi dan cara baru beribadat. Ia lebih mendorong praktek agama yang lebih inklusif dibanding sebelumnya yang tetap mempertahankan etalase rumah ibadat, simbol dan ritual yang eksklusif.

Inilah pokok terpenting dari polemik SPB. Tidak perlu dikhawatirkan bahwa SPB akan melarang hak beribadah seseorang. Meski fenomena rumah ibadat ditutup dengan alasan tidak memenuhi persyaratan SPB, hal ini justru menjadi batu penguji tingkat keber-agama-an seseorang.

Kita tahu bahwa memeluknya seseorang kepada suatu agama lebih karena panggilan yang bersifat transenden yang diyakininya, bahwa dengan percaya kepada agamanya inilah ia menjadi orang yang beruntung dan diselamatkan. Ini berarti memeluk agama membutuhkan a Call (sebuah panggilan). Dengan tidak adanya tempat beribadat, keber-agama-an seseorang justu dikondisikan untuk mendahulukan a Call-nya (panggilan kepada agamanya) daripada sekedar tersedianya a Wall (tembok rumah ibadat).

Sisi postif SPB ialah kemungkinannya melahirkan pola keber-agama-an baru yang kuat karena penekanan pada a Call dan bukan sekedar a Wall. Panggilan agama yang tertoreh di relung hati yang paling dalam yang memancar pada kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar pergi ke rumah ibadat dengan mengusung simbol agama dan ritualismenya yang rentan.


KOMPAS, Sabtu, 3 Juni 2006 (halaman 14)
Baca Selengkapnya...

Ketaatan Sister Chang

Sebab justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji kamu, apakah kamu taat dalam segala sesuatu. 2 Kor 2:9.

Ketika Allah berbicara kepada Sister Chang, seorang pemimpin gereja rumah dari Henan, Dia menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang sama sekali tidak masuk akal. Dia memerintahkannya untuk pergi dan memberitakan Injil di luar kantor polisi setempat. Tindakan semacam ini akan membuatnya ditangkap, sekalipun di negara barat. Dan di Cina komunis, ini adalah sebuah cara yang meyakinkan untuk mengundang hukuman berat. Tetapi, semakin lama Sister Chang mendoakan hal ini, semakin jelas suara Allah yang terus memberitahunya untuk melakukan hal itu. Akhirnya, ia tidak melihat pilihan lain kecuali menaati Allah.

Berdiri di luar kantor polisi, ia dengan berani memberitakan Injil kepada orang-orang yang melihatnya dengan keheranan. Dalam beberapa menit, beberapa polisi menyeretnya ke dalam dan menahannya. Di mata manusia ketaatannya tampak konyol, tetapi Allah bisa melihat hal-hal yang tidak kita lihat.

Sister Chang dihukum tanpa pengadilan dan ia dikirim ke penjara wanita, dimana ia ditempatkan diantara ribuan jiwa yang terhilang. Ia dengan berani dan penuh kasih memberitakan Injil kepada sesama tahanan. Cahaya Injil menyebar seperti api. Hanya dalam tiga bulan, 800 wanita percaya kepada Yesus! Seluruh suasana penjara menjadi berubah, dan suara-suara pujian dan penyembahan yang baru terdengar di lorong-lorong penjara dan di halaman.

Direktur penjara sangat keheranan dengan perubahan suasana tersebut dan ia bisa merunutnya ke khotbah Sister Chang. Ia lalu membawa Sister Chang ke kantornya dan berkata, "Kamu telah membuat pekerjaan saya jadi mudah! Tidak ada lagi perkelahian diantara para tahanan dan para wanita itu menjadi lembut dan patuh. Kami membutuhkan lebih banyak orang seperti kamu untuk bekerja disini. Mulai hari ini, kami telah memutuskan untuk membebaskan kamu. Kami ingin memberimu pekerjaan sepenuh waktu di penjara ini, dan kami akan menggaji kamu 3.000 yuan per bulan (Sekitar Rp. 3.500.000,- sebuah harta karun untuk ukuran desa Henan). Direktur itu melanjutkan, "Kami juga akan memberimu sebuah mobil dan seorang sopir, dan akan memberimu rumah."

Sister Chang dengan singkat mempertimbangkan tawaran itu, dan kemudian menjawab, "Dua puluh tahun yang lalu aku menjadi murid Yesus Kristus dan Dia selalu indah bagiku. Aku tidak percaya tawaran mobil, sopir, dan gaji yang Anda berikan adalah sesuai dengan apa yang Yesus ingin perbuat dengan hidupku, karena aku adalah milik-Nya. Yang ingin aku lakukan hanyalah memberitakan Kabar Baik."

Terlepas dari penolakannya atas tawaran itu direktur tersebut tetap melepaskannya dari penjara pada hari itu, dan ia terus melanjutkan pelayanannya bagi Tuhan.

Melakukan apa yang Tuhan minta untuk kita lakukan selalu mengandung berkat. Jangan membantah, melawannya, dan mencoba untuk memikirkan rinciannya. Pokoknya kerjakan saja. Ini adalah salah satu tanda dari seorang murid sejati Yesus Kristus.

(Kita bisa saja berdalih bahwa itu hanya salah satu cara Allah dalam memakai orang-orang untuk memenangkan dunia dan ada banyak cara lain yang Allah bisa pakai yang tidak melulu musti seperti itu. Baik...pendapat Anda ada benarnya, namun kita juga seharusnya tidak bisa memungkiri "value Injil" yang Allah kehendaki seperti KETAATAN PENUH pada Allah; KEBERANIAN menjalankan Amanat Agung; DINAMIKA SPONTANITAS hubungan akrab dengan Roh Kudus; KERELAAN menanggalkan kenyamanan/kemapanan hidup (bahkan kalau perlu: nyawa) - apabila diperlukan - dan menyambutnya sebagai Hak dan Harta Istimewa untuk turut mengalami persekutuan dalam penderitaan Kristus; dan YANG PASTI konsep kerangka kerja Tuhan SERING berbeda jauh dengan konsep/kerangka kerja manusia, perbedaannya seperti langit dan bumi - inilah fenomena paradoks yang terjadi dalam Kerajaan Allah).
Baca Selengkapnya...

Senin, 23 September 2013

Kesaksian Enoch Wang (MUST READ TESTIMONY!!!)

Enoch Wang adalah pemimpin sebuah gerakan Kristen yang tumbuh dari ajaran Watchman Nee. Saat ini gerakan ini sudah mencapai jutaan orang percaya di seluruh Cina. Saudara Enoch telah menghabiskan 16 tahun dari 20 tahun terakhir ini di penjara demi Injil. Hanya setelah beberapa bulan memberikan wawancara ini, ia ditangkap lagi. Pemimpin penting dari gereja Cina ini berbicara tentang arti gerakan Kembali ke Yerusalem bagi diri-Nya dan ia membagikan sebuah kesaksian luar biasa yang sangat terkenal dan diteguhkan kebenarannya oleh banyak pemimpin gereja di Cina.



Saya pertama kali menjadi seorang Kristen pada tahun 1969 – yaitu saat berlangsungnya Revolusi Kebudayaan. Saat itu saya adalah seorang pimpinan Pasukan Tentara Merah Komunis. Iman saya kepada Allah pada tahun pertama itu sangat dangkal. Pada tahun 1970 saya sungguh-sungguh menjadi seorang anggota partai Komunis, sekalipun saya juga seorang pengikut Kristus! Tanpa menunggu lama, saya dipromosikan dalam posisi kepemimpinan Liga Kaum Muda Komunis, dan pada tahun 1972 saya ditugaskan untuk bekerja di sebuah pabrik senjata milik tentara pembebasan Cina. Barulah pada tahun 1973 saya menjadi serius tentang melayani Tuhan Yesus. 


Pertama kali saya masuk penjara karena iman saya kepada Allah adalah dari tahun 1982 hingga 1994. Mereka tidak senang dengan kenyataan bahwa seorang Pasukan Tentara Merah yang ateis dan seorang pemimpin Liga Kaum Muda Komunis sekarang adalah seorang Pendeta Kristen! Dalam tahun-tahun itu mereka berusaha agar saya berpaling dari Tuhan, tetapi karena kasih karunia Allah mereka tidak bisa mengambil harta Allah di dalam hati saya. 

Ketika saya ditangkap, putri kecil kami baru berusia tiga tahun. Adalah sangat menyakitkan dipisahkan dari istri dan anak saya, tetapi saat itu saya berharap bahwa orang-orang Kristen setempat bisa mengurus mereka saat saya tidak ada. Pihak penguasa mengetahui hal ini sehingga mereka memutuskan untuk mengawasi keluarga saya untuk mendeteksi apakah mereka memperoleh bantuan dari luar. Saya dihukum sebagai seorang penentang Revolusi dan seorang pengkhianat – sebuah kejahatan paling buruk di Cina. Siapapun yang didapati mencoba untuk menolong keluarga seorang Penentang Revolusi akan dituduh melakukan kejahatan yang sama, sehingga ketakutan akan hukuman akan membuat kawan-kawan Kristen saya tidak bisa membantu keluarga saya. 

Kami tinggal di sebuah tanah pertanian, tetapi istri saya tdak tahu bagaimana menanam dan menuai padi, sehingga keluarga saya segera mengalami kelaparan dan menjalani suatu masa yang sangat sulit. Pada musim panas pertama, istri saya berusaha untuk memanen jagung di ladang kami sementara putri saya tinggal di rumah. Usianya yang baru menginjak empat tahun, ia telah belajar bagaimana memasak sehingga ia bisa membantu ibunya! Ia bahkan telah belajar bagaimana menyalakan api dan menanak air untuk memasak mi, atau masakan sederhana lainnya. 

Tekanan terhadap putri kecil kami begitu besar. Tidak ada seorang anakpun yang seharusnya menghadapi kehidupan seperti yang harus ia jalani, tetapi Tuhan membantu mereka dan saat ini putri saya adalah seorang wanita muda yang cantik dan melayani Tuhan dengan sepenuh hatinya. 

Setelah saya dipindahkan ke sebuah kamp kerja paksa di sebuah wilayah lain dari provinsi kami, istri dan putrid saya juga pindah ke kota itu agar mereka bisa terus-menerus menjenguk saya. Selama bertahun-tahun, istri saya yang tercinta membesarkan putrid saya sendirian, tanpa dukungan dari sesama orang Kristen, tanpa suami dan tanpa uang. Kadang-kadang mereka harus mengais-ngais tong sampah untuk mencari remah makanan yang bisa mereka makan atau menemukan beberapa barang yang bisa mereka jual di pasar demi beberapa sen uang. Di saat lain, beberapa kali mereka terpaksa mengemis. Dalam sebuah kesempatan, ketika ia berada di titik terendahnya, Allah memberinya penglihatan akan Surga yang mendorong imannya dan membantunya untuk terus melangkah. 

Banyak orang di seluruh dunia mendoakan para pendeta di Cina saat mereka dipenjarakan, dan kami berterimakasih untuk dukungan ini. Akan tetapi, perlu diingat juga untuk mendoakan keluarga para pendeta itu, karena penderitaan mereka seringkali lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang ada di dalam penjara. Lagipula, setidaknya saya memperoleh jatah makan setiap hari walau hanya makanan berkualitas rendah. 

Kunjungan dari keluarga saya merupakan pengalaman yang pahit-manis. Mereka tidak pernah mengeluh atas kehidupan mereka, tetapi tubuh kurus kurang gizi mereka mengungkapkan pergulatan mereka yang berat. Saya rindu menemui mereka dan merasa dikuatkan saat mereka datang. Tetapi penderitaan karena mengetahui apa yang sedang mereka alami adalah penganiayaan terburuk yang bisa ditimpakan pihak penguasa kepada saya. 

Putri saya tidak bisa bersekolah karena kami tidak memiliki uang untuk sekadar membeli buku atau seragam sekolah. Selain itu anak-anak kaum “kontrarevolusi” diejek dan dilecehkan oleh para guru dan murid-murid lainnya. Saat saya dibebaskan dari penjara, orang-orang percaya di gereja berkumpul dan memutuskan untuk menyekolahkan putri saya ke universitas untuk mengejar ketertinggalan dari tahun-tahun dimana ia harus kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Tuhan telah menolongnya dan tahun ini ia lulus. 

Ketika saya akhirnya dibebaskan pada tahun 1994, saya pikir kami akan mengalami pertemuan kembali yang menggembirakan, tetapi saya tidak sepenuhnya menyadari apa yang telah istri dan putri saya alami selama tahun-tahun tersebut. Begitu banyak emosi dan penderitaan yang telah menumpuk selama 13 tahun tertumpah seperti banjir. Saya dan istri saya harus kembali memulai membangun hubungan kami dari awal. Hanya karena kemurahan kasih karunia Tuhan Yesus kami bisa mengalami kemajuan. Sekarang segala sesuatunya telah menjadi baik dan saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah memberi saya seorang pasangan yang luar biasa. Tanpa istri saya, saya tidak bisa apa-apa! Tuhan selalu baik bagi kami. 

Saat saya masuk penjara, saya beranggapan bahwa gereja saya benar-benar secara doktrin dan praktek, dan bahwa kelompok gereja lain di Cina melakukan kesalahan serius. Karena itu, pada tahun-tahun awal saya kurang atau tidak memiliki hubungan dengan tubuh Kristus lainnya di Cina, karena keyakinan bahwa saya melayani Allah dengan menghindari berhubungan dengan mereka. Barulah setelah saya dibebaskan dari penjara saya belajar untuk memiliki hati Allah bagi seluruh anak-anakNya. 

Pada tahun 1997, saat kehidupan keluarga kami semakin mapan, saya ditangkap lagi dan menghabiskan tiga tahun lagi dipenjara. Hal yang sama terjadi saat Brother Yun dan Xu ditangkap, maupun banyak pemimpin gereja rumah lainnya. Saya sedang di dalam penjara ketika Allah secara ajaib memungkinkan Yun bisa meloloskan diri dari penjara, meskipun kakinya telah dipukuli habis-habisan sehingga ia dikenal sebagai “si pincang”. Allah secara adikodrati membuka pintu bagi Yun untuk melarikan diri. Saya adalah saksi dari kenyataan bahwa “apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (Wahyu 3:7). Saya ingin membagikan suatu bagian dari kesaksian saya yang langsung terkait dengan visi Kembali ke Yerusalem. 

Pada tahun 1995, saya dan istri saya memiliki seorang putri lagi. Saya berusia 45 tahun dan tidak berharap menjadi ayah lagi. Alkitab berkata, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah.” (Mazmur 127:3). Kami sangat senang. 

Pada Hari Tahun Baru 1997, sebuah pertemuan gabungan diadakan oleh Brother Yun di dekat kota tempat tinggal saya. Para pemimpin dari berbagai jaringan gereja rumah diundang untuk hadir agar kami bisa bersekutu satu dengan yang lain, berdoa bersama, dan meruntuhkan tembok pemisah yang ada diantara berbagai kelompok gereja yang berlainan. Saya sangat ingin hadir karena Tuhan telah menunjukkan kepada saya bahwa kesatuan di dalam gerakan gereja rumah adalah sangat penting jika kami ingin memajukan Injil sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Sebelum kami saling mengampuni dan melakukan rekonsiliasi, saya yakin bahwa Allah tidak akan pernah sepenuhnya memberkati pekerjaan kami. 

Pada saat itu keluarga saya sedang dicari polisi. Kami tinggal di lantai empat sebuah apartemen yang masih dalam proses pembangunan. Kami tidak bisa memperoleh tempat tinggal yang wajar karena untuk melakukannya kami harus mendaftar pada penguasa setempat, yang tentu saja akan segera membuat kami tertangkap. 

Di pagi hari ketika saya harus berangkat ke pertemuan gabungan itu, saya sedang berbicara di telepon saat saya mendengar teriakan. Istri saya lari memasuki ruangan sambil berteriak histeris. Putri tertua saya, yang berusia 18 tahun, tengah menggendong adiknya, yang saat itu berusia 15 bulan, diatas balkon sambil melihat ke jalan. Entah bagaimana bayi kami terlepas dari gendongannya. Ia jatuh dari lantai empat dengan kepala lebih dahulu mendarat diatas setumpuk batu bata yang ada di jalan. 

Istri saya menggendong putri kecil kami sambil menangis. Ia berkata,”Cepat, kita harus membawanya ke rumah sakit segera!” Saya segera bisa melihat bahwa bayi itu sudah meninggal dunia. Kepalanya terbentur dan sebagian dari lapisan otaknya keluar melalui bagian depan tengkoraknya yang retak. 

Saya berkata, “Tidak ada gunanya pergi ke rumah sakit. Ia sudah meninggal dunia. Tidak ada apapun yang bisa dilakukan oleh rumah sakit untuk memperbaiki kondisinya.” Sebuah gejolak emosi menguasai saya. Di satu sisi saya tahu bahwa ia sudah meninggal dunia, sehingga tidak perlu pergi ke rumah sakit. Saya juga tahu bahwa jika kami pergi ke rumah sakit pihak berwenang akan segera mengetahui bahwa kami bukan penduduk yang terdaftar, dan saya akan segera ditangkap dan dikirim kembali ke penjara, kemungkinan besar dengan tuduhan membunuh bayi saya sendiri. Kami akan mendapat masalah karena tinggal secara illegal di sebuah bangunan yang belum selesai, dan keluarga yang telah mengijinkan kami tinggal disana juga akan mendapatkan kesulitan. 

Saya juga merasa bahwa insiden ini merupakan serangan langsung dari setan yang bermaksud untuk mengalihkan perhatian saya dan menghalangi saya dan rekan-rekan kerja saya yang akan menghadiri pertemuan gabungan yang penting itu. Setan tidak senang ketika umat Allah berkumpul bersama untuk meruntuhkan tembok-tembok pemisah diantara mereka. Iblis selama bertahun-tahun secara diam-diam mendirikan tembok-tembok pemisah berupa sikap tidak mengampuni, kesalahpahaman, dan prasangka. Saya saat itu tidak terkejut bahwa iblis akan melakukan apapun untuk menghalangi pertemuan itu berlangsung. 

Saya pun berlutut dan berdoa. Saya dalam keadaan marah, terguncang dan berduka pada saat yang bersamaan. Saya berkata, “Tuhan jika ini adalah kehendakMu bagi gereja di Cina untuk bersatu, maka aku berdoa kepadaMu agar Engkau menghidupkan kembali putriku. Aku berdoa agar hari ini Engkau mengembalikan napas kehidupan ke dalam tubuhnya, besok Engkau akan membuatnya berbicara, dan lusa ia akan kembali bisa berjalan. Tetapi, jika bukan kehendakMu bagi gereja di Cina untuk bersatu, maka aku akan bersembunyi dan tidak akan pernah lagi memberitakan Injil-Mu.” Tentu saja saya akan selalu mempercayai Tuhan, tetapi saya hanya akan menarik diri dari garis depan dan memutuskan untuk menjalani kehidupan yang damai dan tenang. 

Sebagian orang Kristen mungkin akan berkata, saya tidak mempunyai hak untuk berbicara kepada Allah seperti itu, tetapi Anda perlu memahami bahwa saya sedang dalam keadaan terguncang dan marah dan saya tahu bahwa kecelakaan ini adalah sebuah tindakan Iblis yang sengaja dirancang untuk menghalangi saya datang ke pertemuan gabungan itu. 

Istri saya terus memeluk bayi itu dan menggendong tubuh tanpa nyawa itu. Putri cantik kami telah berhenti bernapas, jantungnya berhenti berdenyut, dan wajahnya pucat. 

Pertemuan it akan dimulai pada malam itu di sebuah lokasi sekitar 20 mil jauhnya dari rumah kami. Saya memutuskan untuk mengesampingkan rasa duka saya dan tetap datang ke pertemuan itu sebagai tanda sikap tidak tunduk kepada setan dan sebagai sebuah tindakan iman kepada Allah. Saya juga memutuskan untuk tidak menangis, sekalipun saya sangat berduka di dalam hati saya. Saya ingin menunjukkan kepada iblis bahwa ia tidak akan pernah bisa mengintimidasi atau menghentikan saya. 

Di akhir sore itu, saya meninggalkan rumah saya menuju ke pertemuan itu, dibungkus pakaian hangat untuk menghadapi dinginnya udara musim dingin. Saat saya meninggalkan rumah istri saya masih menggendong bayi itu sambil menangis. Bagian otak yang keluar masih terlihat, mengalir keluar dari retakan tulang tengkoraknya. Putri tertua saya hancur hatinya, menyalahkan dirinya karena telah menjatuhkan adiknya dari balkon. 

Ketika saya sampai di pertemuan, Brother Yun telah mulai berbicara. Saya dan rekan-rekan pelayanan saya mengambil tempat duduk kami dan tidak memberi tahu siapapun tentang apa yang telah terjadi. Selama makan malam, kami memutuskan untuk tidak makan. Sebaliknya, kami berpuasa dan berdoa bersama-sama di ruang pertemuan, tetapi saya masih belum mau menceritakan apa yang telah terjadi kepada orang lain. Saya terus mengingatkan Tuhan betapa putri kecil kami adalah berkat yang luar biasa, dan betapa kelahirannya telah mendatangan sukacita bagi saya di usia saya yang ke-45 tahun. Saya menguji hati saya untuk melihat apakah hal ini terjadi karena ada dosa di dalam kehidupan saya. 

Saya berkata kepada Tuhan, jika hal ini terjadi karena saya telah melukai hati-Nya maka saya tidak mempunyai alas an mengeluh. “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 2:10, 1:21). 

Setelah pertemuan hari pertama itu ditutup, saya tahu keluarga saya membutuhkan saya sehingga saya segera kembali ke rumah dimana saya mendapati istri dan putri saya masih menangis. Mata mereka merah dan bengkak. Istri saya masih menggendong bayi tak bernyawa itu dengan tangannya. Saya membungkuk maju dan mendoakan bayi saya di dalam nama Yesus Kristus. Tiba-tiba saya mendengar seperti suara embusan nafas lemah dari dalam mulutnya, seperti bunyi sendawa kecil. Saya sadar bahwa ia pasti bernafas dan saya, “Terpujilah Tuhan!” Kami berempat tidur di ruang yang sama, tetapi malam itu tak satupun dari kami yang tidur. Karena emosi kami sudah kering, kami hanya duduk disana berdoa secara perlahan. Pada pukul lima pagi, saya bangun dan kembali ke pertemuan gabungan itu dan menghabiskan seluruh hari dengan berdoa dan berdiskusi dengan sesame pemimpin gereja rumah lainnya, yang masih tidak tahu apa yang telah terjadi. Pada pukul sepuluh malam, pertemuan itu berakhir dan saya kembali pulang ke rumah. 

Ketika saya memasuki pintu rumah kami, saya menemukan suasana yang berbeda. Putus asa telah berganti dengan sukacita. Istri saya menyusui putri kecil kami. Ia telah bernapas dengan baik, pipinya telah kembali memerah, dan ia lapar! Allah secara ajaib telah menyembuhkan tengkoraknya, dan kulit telah membungkus bagian otaknya yang tadi terlihat. Tidak ada bantuan medis yang telah diberikan kepadanya, kecuali dari Dokter Terbesar, Yesus. Yang tersisa hanyalah luka kecil di tengah dahinya. 

Terlepas dari perbaikan yang nyata ini, ia masih jauh dari normal. Ia tidak bisa berjalan atau bergerak, matanya tertutup, dan ia hanya terbaring disana tidak bergerak kecuali bernapas dan menyusu. 

Saya memanggil namanya, “Sheng Ling”, yang berarti “berkat rohani”. Ketika ia mendengar suara saya, ia berhenti minum susu dan sebuah suara kecil keluar dari mulutnya, seolah-olah ia memberi salam kepada saya. Malam itu saya bisa tidur dengan tenang, karena tahu bahwa Tuhan sedang melakukan sebuah keajaiban besar. 

Keesokan paginya, saya kembali bangun awal dan menuju pertemuan di hari ketiga. Ada banyak pertobatan dan pengakuan dosa dari para pemimpin dari berbagai kelompok gereja. Kami mendengar berjam-jam kesaksian tentang bagaimana Allah sedang bekerja di setiap jaringan gereja rumah, dan kami semua menyadari bahwa Tuhan menyertai kelompok gereja lainnya sebagaimana Ia beserta dengan kami. Tahun-tahun kepahitan dan perpecahan runtuh dibawah kaki salib. Air mata mengalir saat kami saling berangkulan dan saling menerima sebagai saudara sejati di dalam Kristus. Iblis tentu sangat marah bahwa kami berkumpul bersama sebagai umat Allah yang bersatu. Ia ingin agar kami terus bekerja secara terpisah, dilemahkan oleh dinding-dinding pemisah. Keinginan Yesus adalah agar anak-anak-Nya berjalan bersama-sama. Dia berdoa dalam Yohanes 17:22-23, 

"Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. " 

Saya yakin bahwa tanpa pertemuan itu, dan pertemuan lainnnya seperti ini, tidak aka nada kesatuan diantara berbagai ranting yang berlainan dari gereja rumah di Cina saat ini. Dalam kondisi kami sebelumnya yang tercerai berai, tidak mungkin kami akan memiliki kemungkinan untuk menaati panggilan Allah untuk membawa Injil melalui Negara-negara yang belum mengenal Allah kembali ke Yerusalem. 

Ketika saya kembali ke rumah pada malam itu, istri saya masih menyusui putri saya. Saya mengulurkan lengan saya dan berkata, “Sheng Ling, mari ayah gendong kamu.” Ia mengambil satu langkah ke arah saya dan limbung, tetapi kami semua gembira karena ia telah mengambil langkah pertamanya, hanya dua hari setelah ia meninggal dunia dengan otak keluar dari tengkoraknya yang retak. Saya mulai menangis dalam sukacita. 

Pada malam ketiga inilah saya menceritakan kepada keluarga saya apa yang telah saya doakan ketika Sheng Ling jatuh dari jendela. Saya berkata kepada mereka, “Ketika kamu pertama kali mengambil tubuhnya dari jalan, saya berlutut dan berkata kepada Allah, “Aku berdoa agar Engkau mengembalikan nyawanya kedalam tubuhnya, besok Engkau akan membuatnya berbicara, dan lusa ia akan bisa berjalan.” 

Ketika mereka mendengar hal ini, mereka sangat bersukacita, karena mengetahui bahwa Allah telah melakukan suatu keajaiban yang besar. 

Pada pagi keempat, saya pergi ke pertemuan dengan sukacita yang sangat besar di dalam hati saya. Akan tetapi, antusiasme saya mendadak surut ketika sejumlah pemimpin gereja rumah mengacungkan telunjuknya kepada saya dan berkata, “Mereka yang menghadiri pertemuan ini diharapkan untuk tinggal disini. Komitmen untuk bersatu seperti apakah yang Anda miliki jika untuk tetap bersama dengan kami pun Anda tidak bisa, sebaliknya setiap malam Anda justru tergesa-gesa pulang ke rumah begitu pertemuan berakhir?” Saya memang belum menceritakan apapun kepada pemimpin lainnya dalam pertemuan itu, sehingga mereka tidak tahu apa yang tengah terjadi dalam hidup saya. 

Dalam sesi terakhir dari pertemuan itu, Brother Yun dijadwalkan untuk berbicara, kemudian para pemimpin bermaksud untuk berdoa bersama sekali lagi sebelum setiap orang kembali ke rumahnya masing-masing. Ketika ia tengah berbicara, putrid tertua saya memasuki ruangan dan dengan girang mulai membisikkan sesuatu ke telinga saya. Ia buru-buru datang ke tempat pertemuan itu untuk memberi tahu saya bahwa adiknya sekarang telah berjalan dan berbicara dengan normal! Pada tahap itulah saya merasa harus berdiri. Saya berkata kepada setiap orang, Saya tahu sekarang bahwa adalah kehendak Tuhan bagi gereja di Cina untuk bersatu!” Di hadapan lebih dari seratus orang pemimpin, saya memberikan kesaksian tentang apa yang telah terjadi pada putri kecil saya. Setiap orang memuji Tuhan. Mereka yang menegur saya karena selalu pulang setiap malam menemui saya dan meminta maaf. 

Tuhan bukan hanya menyembuhkan Sheng ling dari kecelakaan itu, melainkan ia juga telah memberkatinya dengan cara yang sangat istimewa. Ia sekarang berusia delapan tahun dan sangat cerdas sehingga di sekolah ia melompat setahun lebih awal dari teman-teman sekelasnya! Ia tidak mengalami dampak kerusakan jangka panjang sebagai akibat kecelakaan yang dialaminya. Yang tersisa hanyalah tanda luka kecil di dahinya. Tampaknya Tuhan memang meninggalkan luka kecil itu untuk mengingatkan kami akan betapa besar kuasa dan kasih karuniaNya. 

Anda semua silakan datang dan mengunjungi kami kapanpun! Anda akan melihat bahwa Sheng ling sekarang adalah seorang gadis kecil yang energik dan cerdas, yang mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya. Namanya yang bermakna “berkat rohani” sangat cocok untuknya. 

Tuhan pertama kali berbicara kepada saya tentang membawa Injil kembali ke Yerusalem pada tahun 1979. Sejak itu, visi ini telah semakin menjadi tujuan saya dalam melayani Tuhan. Ini adalah perintah yang saya terima dari Tuhan, panggilanNya kepada saya. 

Doakan agar gereja di Cina mengenal kehendak Allah sehingga kami akan mempersembahkan diri kami kepada Allah tanpa mendua hati dan ragu-ragu. Doakan agar semakin banyak orang percaya di Cina yang memiliki beban untuk membawa Injil kembali ke Yerusalem. 

Doakan agar kami mampu bekerja sama dengan sesama orang percaya dari seluruh dunia sehingga kita bisa menyelesaikan Amanat Agung bersama-sama. Ketika semua bangsa telah menerima kesaksian Injil, akhir zaman akan datang.
Baca Selengkapnya...

Benarkah pelayanan para Rasul dan para Nabi sudah berakhir?

Andaikata anggapan ini benar, maka ayat-ayat dibawah ini musti ditelaah kembali : 

Eph 2:19-22 "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan KAWAN SEWARGA dari ORANG-ORANG KUDUS dan anggota-anggota KELUARGA ALLAH, yang DIBANGUN DI ATAS DASAR para RASUL dan para NABI, dengan Kristus Yesus sebagai BATU PENJURU. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh." 



Eph 3:4-6 "Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada RASUL-RASUL dan NABI-NABI-NYA yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi AHLI-AHLI WARIS dan ANGGOTA-ANGGOTA TUBUH dan PESERTA dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus." 

Luk_11:49 Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka NABI-NABI DAN RASUL-RASUL dan SEPARUH dari antara NABI-NABI dan RASUL-RASUL itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya,

(Ini adalah nubuat Yesus Kristus mengenai pelayanan Rasul dan Nabi di sepanjang zaman kekristenan dan salah satu tanda utama dari para RASUL dan para NABI sejati adalah aniaya berat karena memberitakan Injil dan karena mendirikan jemaat-jemaat baru. Yesus meramalkan setidaknya SEPARUH dari mereka (pasti) akan terbunuh, dan sisanya minimal akan mengalami aniaya berat. Well...ramalan Yesus akan selalu menjadi kenyataan. Paling tidak sekarang kita menemukan salah satu alasan sulitnya mengenali Rasul dan Nabi yang asli, karena mereka sering berada di garis terdepan penginjilan dan SEPARUH-nya hilang dari peredaran karena terbunuh). 

1Co_12:28 Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai RASUL, kedua sebagai NABI, ketiga sebagai PENGAJAR. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. 

1Co_12:29 Adakah mereka semua RASUL, atau NABI, atau PENGAJAR? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, 

Eph_4:11 Dan Ialah yang memberikan baik RASUL-RASUL maupun NABI-NABI, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, (Mengapa RASUL dan NABI diletakkan Paulus dalam urutan pertama dan kedua? Bukan karena mereka lebih baik atau lebih utama, melainkan karena FUNGSI mereka sebagai Arsitek Bangunan dan Juru Peta Bangunan). 

2Pe_3:2 supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh NABI-NABI kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh RASUL-RASULmu kepadamu.

(Mengapa kita disuruh mengingat perintah Tuhan yang disampaikan melalui para Rasul dan Nabi? karena mereka berfungsi meletakkan dasar kehidupan keluarga Allah supaya bangunan rohani ini menjadi RAPIH TERSUSUN berdasarkan hikmat Allah, bukan hikmat manusia - Efesus 2:19-22). 

Rev_18:20 Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai orang-orang kudus, RASUL-RASUL dan NABI-NABI, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu."

(Rupanya salah satu alasan penghukuman Allah atas Iblis dan antek-anteknya adalah karena darah para Rasul, Nabi dan orang-orang kudus yang berteriak kepada-Nya, menuntut penghakiman yang adil dari Allah : Rev 6:9-11 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?" Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.)

-----------

Akan tetapi sebaliknya kalau memang pelayanan mereka benar-benar ada, mengapa seolah-olah mereka seperti tidak ada? Apakah karena sebenarnya mereka memang tidak ada? Ataukah mereka benar-benar ada namun dibuat menjadi seolah-olah "tidak ada"? Mungkinkah masalahnya hanya karena kita yang tidak bisa mengenalinya - karena rasul dan nabi yang asli memiliki konsep-kerangka-kerjanya yang "asing" bagi kebanyakan pola pikir kita? Mungkinkah masalahnya hanya karena mereka tidak mendapat "tempat" yang fit di dalam "Rumah Tuhan" - karena telah dibangun diatas "fondasi yang keliru" - dan oleh karenanya maka mereka dipandang secara tidak seimbang? 

2Co_11:13 Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus.

(Jika ada Rasul palsu maka pastilah ada Rasul yang asli. Salah satu strategi Iblis yang paling jitu adalah membuat apa yang benar-benar penting (IMPORTANT) dalam pandangan Allah menjadi seolah-olah tidak-penting (UN-IMPORTANT) dalam pandangan manusia. Jangan membuang bayi bersama-sama dengan air bekas mandinya. Rasul Palsu sudah pasti juga sulit dideteksi karena "penyamaran" mereka begitu hebat dan sempurna sehingga seolah-olah sangat mirip dengan yang asli. Kalau tidak demikian maka tentu tidak dapat dikatakan sebagai "penyamaran". Bahkan seringkali mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang "menyamar" dikarenakan mereka sesungguhnya sedang tertawan). 

Mat_7:15 "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 

Mat_10:16 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. 

Joh_10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 

Act_20:29 Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. 

-----------

Rumah Tuhan tidak akan pernah mencapai destiny dari Sang Master Builder (Sang Batu Penjuru) jikalau tidak dibangun berdasar Juru Arsitek Bangunan (Rasul) dan Juru Peta (Nabi) yang Yesus Kristus sendiri telah tentukan bagi pembangunannya. Tanpa pelayanan mereka Amanat Agung-pun hanya akan menjadi slogan yang masih jauh dari pemenuhannya dan jemaat-pun akan suam secara rohani malahan seolah-olah menjadi alergi terhadap Amanat Agung. 

Bagi gereja mula-mula, mereka memiliki 22 rasul yang menjadi arsiteknya. 12 rasul mengalami pemuridan langsung dari Yesus Kristus dan 10 yang lain tidak secara langsung. Setahu saya dari ke-22 Rasul gereja mula-mula ini, hanya Yohanes yang tidak mati secara martir. Gereja Tuhan di akhir zaman ini tidak akan pernah menjadi mempelai yang siap sedia, tak bercacat cela dan tak berkerut selama tidak dibangun berdasarkan instruksi para arsitek bangunan dan para juru peta bangunan ini. 

Luk_1:17 dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu UMAT YANG LAYAK BAGI-NYA." 

Eph_5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan CEMERLANG TANPA CACAT atau KERUT atau YANG SERUPA ITU, tetapi supaya jemaat KUDUS dan TIDAK BERCELA.

Mat_25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah SIAP SEDIA masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 

Rev_19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah SIAP SEDIA

Rev_21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang BERHIAS bagaikan PENGANTIN PEREMPUAN yang BERDANDAN untuk suaminya. 

Rev_21:9 Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu PENGANTIN PEREMPUAN, mempelai Anak Domba." 

Rev_22:17 Roh dan PENGANTIN PEREMPUAN itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma! 

AMIN !
Baca Selengkapnya...