Surat Pastoral 27 November 2011
Mengampuni orang yang sudah sangat menyakiti kita merupakan salah satu "tugas" kita yang paling menantang. Dan hanya memiliki keinginan menaati Allah atau berkata benar, tidak selalu dapat menyelesaikan tugas itu. Ingatan dan rasa sakit atau luka lama bisa menyelinap lagi ke dalam pikiran, mengaduk-aduk rasa marah dan ketidak adilan kita.
Meskipun kita bertanggung jawab untuk segera mengambil inisiatif sesudah mengalami kesakitan, melakukan pengampunan atas sakit hati yang mendalam adalah sebuah proses. Mulailah dengan segera mencegah timbulnya akar pahit. Dan ingatlah: semakin dalam sakit hati itu, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat mengampuni. Tetapi jangan putus asa - Tuhan akan menyertai Anda di setiap langkah itu.
Mengaku di hadapan Tuhan adalah awal dari proses itu. Datanglah kepadaNya dan akuilah segala kegeraman Anda, dan akuilah hal itu sebagai dosa. Sementara Anda menyerahkan kemarahan dan sakit hati Anda kepada Tuhan, persilahkan Dia mulai menyembuhkan hati Anda yang hancur.
Terkadang proses itu juga meliputi mendatangi orang yang bersangkutan dan mengakui sikap Anda yang tidak baik terhadapnya. Kesempatan ini bukanlah saat untuk membenarkan diri atau menunjukkan kesalahannya, melainkan cukup untuk mengakui kesalahan Anda saja. Meskipun kesalahannya tampaknya lebih besar dari sikap tidak mengampuni Anda, jauhilah godaan untuk "membuat jenjang" dosa. Dan serahkanlah penghakiman itu kepada Allah.
Pengampunan membawa kelepasan dari peradangan yang menyertai kemarahan. Dengan menjalani proses itu, Anda akan mulai melihat orang yang menyakiti Anda itu dengan mata belas kasihan. Akhirnya Anda dapat bersyukur kepada Allah atas kesempatan untuk belajar mengampuni dan hidup dalam anugerahNya yang berkelimpahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan menuliskan komentar Anda. Kami akan segera menanggapinya. Terimakasih, Tuhan memberkati.