googleb2757ebb443295f5 Kebenaran Kristiani: Melayani Kambing dan Domba

Kamis, 10 Mei 2012

Melayani Kambing dan Domba

Ilustrasi
1. PENDAHULUAN

Mengharapkan semua anggota jemaat baik dan mudah untuk dilayani adalah hal yang lumrah tetapi tidak realistis. Dalam kenyataannya, seorang pelayan gereja harus menerima bahwa anggota jemaat yang dilayani memiliki watak yang berbeda-beda. Ada anggota jemaat yang memiliki watak mudah dibina dan ada pula anggota jemaat yang memiliki watak keras dan sulit untuk dibina. Ada anggota jemaat yang memiliki kecenderungan untuk berbuat baik bagi gereja dan ada pula anggota jemaat yang memiliki kecenderungan untuk berbuat sesuatu yang kurang baik bagi gereja.

Augustinus pernah mengatakan, "Di biara kutemukan orang yang paling baik sedunia dan di biara pula kutemukan orang paling jahat sedunia." Ini merupakan penjelasan Augustinus sesuai dengan kebenaran firman Tuhan bahwa diantara gandum terdapat ilalang dan diantara ikan ada pula ular. Augustinus sedang menyatakan bahwa di dalam gereja ada orang baik dan di dalam gereja pula ada orang jahat.

Pengalaman saya sendiri melayani selama belasan tahun di gereja membenarkan pernyatan diatas. Sebaik apapun kita melayani, hampir pasti, ada saja anggota jemaat yang kurang bisa menerima dan seburuk apapun seorang pelayan melayani, ada saja pula anggota jemaat yang bersimpati. Memang terasa tidak enak untuk mengatakannya, tetapi itulah kenyataannya.

Oleh karena itu, adalah lebih bijaksana bila seseorang yang terpanggil untuk menjadi pelayan gereja menerima kenyataan itu dan berusaha menyikapinya sesuai dengan ajaran dan teladan Yesus Kristus.


2. GANDUM DAN ILALANG

Di kota Hippo, Aljazair sekarang, tempat Augustinus menjadi uskup, terjadi perdebatan yang tajam antara kelompok Donatisme dan kelompok gereja yang dipimpin oleh Augustinus. Pokok masalahnya ialah tentang status anggota gereja. Kelompok donatisme menyatakan bahwa anggota gereja adalah orang yang sudah menerima Kristus di dalam hatinya dan hidupnya sudah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Orang yang belum benar hidupnya tidak boleh menjadi anggota gereja. Kelompok ini berusaha hidup suci seperti yang Tuhan Yesus ajarkan di dalam Alkitab. Menurut mereka, orang yang tidak bisa hidup suci adalah orang yang belum memiliki Roh Kudus di dalam hati mereka.

Menyikapi pernyataan Kelompok Donatisme, Augustinus membuat sebuah teori berdasarkan perumpamaan Tuhan Yesus tentang penabur, dari Matius 13, yaitu tentang gereja am dan gereja lokal atau gereja yang tidak kelihatan dan gereja yang kelihatan. Gereja am atau gereja yang tidak kelihatan adalah kumpulan orang yang sudah bertobat dan sungguh-sungguh sudah hidup di dalam Kristus. Anggota gereja am atau gereja yang tidak kelihatan ini adalah juga anggota gereja lokal. Anggota gereja lokal atau anggota gereja yang kelihatan belum tentu menjadi anggota gereja am atau gereja yang tidak kelihatan.

Akan tetapi, tidak seorangpun diberi tahu, mana anggota gereja lokal yang sudah menjadi anggota gereja am dan manapula anggota gereja lokal yang belum menjadi anggota gereja am. Tuhan Yesus sendiri dalam perumpamaan itu membiarkan kedua-duanya bertumbuh di dalam gereja. Alasan Tuhan ialah kalau mencabut anggota gereja lokal yang belum menjadi anggota gereja am, bisa saja ikut tercabut juga anggota lokal yang sudah menjadi anggota gereja am.

Waktu untuk mengetahui mana anggota gereja lokal yang belum menjadi anggota gereja am dan manapula anggota gereja lokal yang sudah menjadi anggota gereja am ialah saat Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya. Karena Tuhan Yesus sendiri melarang siapapun untuk mencabut ilalang diantara gandum, walaupun ilalang sungguh-sungguh menyesakkan bagi gandum.

Jadi, kata Augustinus bahwa tidak seorangpun dapat mengklaim bahwa anggota jemaatnya sudah seluruhnya menjadi anggota gereja am. Kekudusan gereja bukan terletak pada anggota-nya, melainkan pada Kepala, yaitu Yesus Kristus yang masih mengakui gereja itu sebagai tubuh-Nya.

Pelajaran bagi seorang gembala jemaat dari pengajaran Augustinus ialah bahwa memang di tengah-tengah jemaat mungkin saja ada ilalang, tetapi seorang gembala tidak perlu membuat sensus di dalam gereja untuk menandai anggota jemaat tertentu sebagai ilalang. Hal yang lebih penting dikerjakan oleh seorang gembala ialah melayani semua anggota jemaat dengan segenap hati.


3. KAMBING DAN DOMBA

Dalam Matius pasal 25, Tuhan Yesus mengajarkan tiga perumpamaan kepada murid-murid-Nya. Perumpamaan pertama ialah tentang Lima Gadis Bodoh dan Lima Gadis Bijaksana. Lima gadis yang bodoh tidak siap menantikan kedatangan Tuhan Yesus, sehingga mereka tidak masuk ke dalam pesta perkawinan, sedangkan lima gadis yang bijaksana mempersiapkan diri, sehingga mereka siap waktu mempelai tiba. Bagian ini pun merupakan nasehat kepada pelayan gereja untuk mengingatkan setiap anggota jemaat agar tetap siap menanti kedatangan Tuhan.

Perumpamaan kedua mengenai talenta. Seorang tuan yang akan pergi ke tempat yang jauh memberikan 5 talenta, 2 talenta, dan 1 talenta kepada hamba-hambanya sesuai dengan kesanggupan mereka. Setelah sekian waktu, sang tuan kembali dan meminta laporan dari hamba-hambanya. Hamba yang menerima 5 talenta telah mengoptimalkan talenta yang diterimanya menjadi 10, yang menerima 2 talenta telah mengoptimalkannya menjadi 4, sedangkan yang menerima 1 tidak berbuat apa-apa, sehingga talentanya tetap 1. Sang tuan menghargai dan memberi upah kepada hambanya yang mengoptimalkan talentanya dan menghukum hambanya yang tidak berbuat apa-apa atas talenta yang diterimanya. Bagian ini pun menjadi tugas para pelayan gereja untuk mendorong anggota jemaat agar berbuat yang terbaik untuk gereja Tuhan.

Perumpamaan ketiga mengenai kambing dan domba. Pada waktu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, semua bangsa akan dikumpulkan dihadapan-Nya. Lalu, Tuhan Yesus akan memisahkan mereka ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama yaitu kelompok domba-domba ditempatkannya di sebelah kanan-Nya, sedangkan kelompok kedua, yaitu kelompok kambing ditempatkan-Nya di sebelah kiri-Nya.

Kelompok domba dipuji dan dihargai karena selama hidup mereka, mereka telah berbuat baik kepada saudara Tuhan Yesus yang paling hina. Saudara Tuhan Yesus yang paling hina ialah mereka yang lapar, haus, asing, telanjang, sakit dan terpenjara.

Kelompok kambing dimarahi dan digiring ke dalam neraka, karena selama hidup mereka, mereka tidak peduli terhadap saudara Tuhan Yesus yang paling hina. Mereka tidak menolong orang yang haus dan lapar, mereka tidak memberi tumpangan kepada orang asing, mereka tidak membantu orang yang telanjang, mereka tidak menjenguk orang yang sakit dan mengunjungi orang di penjara.

Jadi, melalui perumpamaan kambing domba, Tuhan Yesus mengajarkan tentang adanya kelompok manusia. Kelompok pertama ialah kelompok yang memiliki kepedulian sosial, terutama kepedulian terhadap orang-orang yang menderita. Kelompok kedua ialah kelompok orang yang tidak memiliki kepekaan sosial dan hidup hanya memikirkan diri sendiri.

Melalui perumpamaan ini juga Tuhan Yesus mengingatkan semua gembala yang melayani di dalam gereja untuk membina semua anggota jemaat agar menjadi seperti domba yang memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang menderita. Memang ini merupakan tugas yang tidak ringan, tetapi bagi orang yang percaya tentu saja tidak ada yang mustahil.


4. TEORI KURVA LONCENG

Teori kurva lonceng menyatakan bahwa terdapat 10% anggota jemaat termasuk kategori kambing, 10% anggota jemaat termasuk kategori domba, dan 80% anggota jemaat termasuk kategori mengambang. Yang dimaksud dengan mengambang ialah bahwa anggota jemaat tersebut bisa menambah angka kambing atau bisa pula menambah angka domba di dalam jemaat.

Anggota jemaat yang termasuk kategori kambing ialah anggota jemaat yang susah diatur, susah dibina, dan suka bikin pusing gembalanya. Istilah kambing yang dipakai tidak sepenuhnya persis dengan makna istilah kambing yang dipakai oleh Tuhan Yesus. Istilah ini lebih tepat dimaknai seperti yang Augustinus tawarkan, yaitu bahwa hanya Tuhan Yesus yang tahu anggota jemaat yang sungguh-sungguh sudah termasuk anggota gereja yang am. Akan tetapi, melihat dari tanda-tandanya, anggota jemaat kategori kambing ini sudah memperlihatkan tanda-tanda seperti ilalang.

Anggota jemaat yang masuk kategori domba ialah anggota jemaat yang mudah diatur, mudah dibina dan suka bikin bahagia gembalanya. Sikap dan perilaku anggota jemaat ini mengikuti ajaran dan teladan dari Tuhan Yesus sendiri. Kerinduan mereka adalah seperti kerinduan Tuhan Yesus pula, yaitu membawa sebanyak mungkin orang untuk percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus.

Oleh karena itu, nasihat yang disampaikan kepada gembala muda ialah supaya mereka tidak menghabiskan banyak energi untuk memikirkan anggota jemaat yang berjumlah 20%, melainkan harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menggembalakan anggota jemaat yang 80%. Artinya, anggota jemaat yang berkategori kambing memang sudah wataknya seperti itu. Dibagaimanakanpun, anggota jemaat kategori kambing akan tetap seperti kambing dan tidak akan pernah bisa berubah menjadi domba. Demikian pula sebaliknya dengan anggota jemaat berkategori domba. Anggota ini memang sudah wataknya seperti itu. Diabaikan pun, anggota jemaat itu akan tetap baik seperti domba.

Seorang gembala yang baik harus menerima anggota jemaat yang berkategori kambing sebagai alat uji dari Tuhan. Kelompok ini Tuhan ijinkan ada di dalam gereja untuk menguji kesabaran, kerendahan hati dan kasih dari seorang gembala. Oleh karena itu tidak realistis bila seorang gembala berdoa kepada Tuhan untuk membersihkan jemaat yang dilayaninya dari kelompok kambing. Mungkin dengan kehadiran kelompok kambing itu, seorang gembala dapat berkata seperti rasul Paulus yang akhirnya menerima sakit penyakit di dalam tubuhnya yang diizinkan oleh Tuhan, "Di dalam kelemahanlah aku menjadi kuat." (II Kor 12:10).

Seorang gembala juga harus menerima anggota jemaat berkategori domba sebagai bonus dari Tuhan. Bonus ini mungkin Tuhan berikan untuk memotivasi seorang gembala agar tetap setia menjalankan tugasnya sebagai seorang gembala. Dengan kehadiran anggota jemaat berkategori domba ini, maka seorang gembala dapat bersukacita dan bernafas lega karena tidak hanya berhadapan dengan anggota jemaat berkategori kambing yang suka bikin pusing.

Akan tetapi, tugas sesungguhnya seorang gembala ialah menjaga anggota jemaat yang berjumlah 80% yang berkategori mengambang. Seorang gembala harus mencurahkan seluruh perhatiannya untuk membina kelompok ini agar menjadi kelompok yang berkategori domba. Kelompok ini boleh didoakan agar tidak menjadi kelompok kambing, tetapi menjadi kelompok domba. Tentu saja perhatian, pembinaan, dna doa harus banyak dipanjatkan kepada Tuhan Yesus sebagai kepala gereja agar kelompok mengambang in idapat diarahkan menjadi kelompok berkategori domba.


5. KAMBING DAN DOMBA MEMANG ADA

Setelah belasan tahun menggembalakan jemaat Tuhan di gereja, saya harus mengakui bahwa memang ada sekelompok anggota jemaat yang mudah dibina dan ada pula sekelompok anggota jemaat yang susah dibina. Ada sekelompok anggota jemaat yang suka mendengarkan kata-kata dan ada pula sekelompok anggota jemaat yang lebih suka memberikan kata-kata, entah kritikan, entah tuntutan.

Ada anggota jemaat yang sudah diberi banyak pembinaan, tetapi tetap saja belum terbina. Sebaliknya, ada anggota jemaat yang baru sedikit dibina sudah langsung bersedia mengambil bagian di dalam pelayanan gereja.

Ada anggota jemaat yang sudah banyak dibantu gereja, tetapi tetap saja merasa kurang dan menuntut. Sebaliknya, ada pula anggota jemaat yang belum sempat diberi oleh gereja, tetapi sudah belajar memberi kepada gereja.

Saya memiliki pengalaman pribadi dengan satu keluarga anggota jemaat. Kepala keluarga anggota jemaat ini sangat fasih berbicara, terutama mengkritik gereja dan mengkritik saya sebagai gembala. Walaupun dalam kacamata saya, saya sudah berbuat banyak untuk memperhatikan dan bahkan menolong, tetapi tetap saja saya tidak melihat sikap bersahabat dari kepala keluarga ini. Walaupun sudah belasan tahun menjadi anggota gereja yang aktif ke gereja dan mengikuti persekutuan, tetapi sikapnya tetap saja tidak berubah. Teman-temannya satu wilayah sudah menyebutnya dengan istilah 'tukang buat gara-gara'. Kalau ia sudah minta waktu bicara dalam pertemuan-pertemuan, maka kebanyakan mata akan memandangnya dengan sikap waspada. Setiap orang akan mempersiapkan hati untuk menerima kata-kata yang kemungkinan akan menyerang. Anggota jemaat ini merasa selalu yang paling benar dan bersih di mata Tuhan.

Akan tetapi, yang lebih menarik ialah bahwa si Bapak ini memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Istri dan ketiga anaknya sangat berbeda wataknya dengan si Bapak. Ketiga anaknya sangat aktif di dalam gereja dan sangat mudah diatur. Anak-anaknya melayani dengan penuh tanggung jawab dan mengerjakan tugas pelayanan mereka dengan tuntas.

Oleh karena itu, setiap kali berhadapan dengan anggota jemaat ini, saya selalu pula mengingat anak-anaknya yang selalu menyejukkan hati. Bila memikirkan keluarga ini, saya jadi menolak ungkapan 'buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya' atau 'like father like son'. Jadi mungkin saja dari seorang anggota jemaat yang masuk dalam kategori kambing akan lahir beberapa anak yang masuk kategori domba.


6. PENUTUP

Benarlah nasihat yang disampaikan Tuhan Yesus kepada Petrus bahwa seorang gembala haruslah mengulurkan tangannya kepada jemaat dan membiarkan dirinya sendiri menjadi kesenangan jemaat (Yohanes 21:18). Hal yang senada juga disampaikan oleh Tuhan Yesus di taman Getsemani, "Bukan kehendak-Ku Bapa, tetapi kehendak-Mulah yang jadi". Penyerahan total kepada panggilan pelayanan inilah yang akan memampukan seorang gembala untuk melayani jemaat Tuhan yang beragam sifatnya.

Dengan sikap penyerahan seperti yang Tuhan Yesus ajarkan, maka seorang gembala tidak akan sinis terhadap anggota jemaat yang berkategori kambing dan meng-anak-emas-kan anggota jemaat yang berkategori domba. Bahkan, kalau mengikuti ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa Ia datang untuk orang berdosa dan bermasalah, maka mestinya seorang gembala tetap memberikan perhatian dan kasih yang lebih kepada anggota jemaat yang berkategori kambing.

Mengasihi anggota jemaat yang berkategori kambing bukan berarti menyetujui sikap dan kelakuannya, melainkan sebagai bentuk dorongan agar yang bersangkutan dapat tetap merasakan kebaikan Tuhan Yesus melalui hidup gembalanya.


Dikutip dari sumbernya:

Bab V buku "Pelayanan Gereja yang Kontekstual"
karangan Drs. Edi Suranta Ginting, M.Div, M.Th.
Dosen STT INTI Bandung


CATATAN ADMIN:

Artikel ini tidak ditujukan hanya bagi mereka para gembala dalam arti suatu jabatan rohani saja, namun lebih ditujukan kepada FUNGSI PENGGEMBALAAN yang memang sewajarnya harus dimiliki oleh semua anggota jemaat. Karena pada dasarnya setiap anggota jemaat berkewajiban untuk saling menegor, saling menasehati dan saling menghiburkan didalam kasih Kristus, demi tujuan pembangunan bait Allah / gereja Tuhan yang semakin disempurnakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan menuliskan komentar Anda. Kami akan segera menanggapinya. Terimakasih, Tuhan memberkati.