
Akhirnya kemarin Minggu (3/6), puluhan anggota jemaat dipimpin oleh pendeta beribadah secara singkat dengan pengawalan sejumlah aparat kepolisian. Situasi dilaporkan kondusif karena sebelumnya sudah dilakukan musyawarah antara ratusan warga yang diwakili tokoh agama, Kepolisian Resor Kota Bekasi, Komando Distrik Militer, Majelis Ulama Indonesia, dan pihak gereja.
Dirilis Liputan6.com, dalam ibadah tersebut disepakati bahwa ibadah saat itu merupakan yang terakhir kalinya di tempat yang dianggap sebagian pihak sebagai tanah sengketa. Dilaporkan juga bahwa pemerintah Kabupaten Bekasi mencarikan tempat beribadah untuk puluhan anggota jemaat HKBP tersebut.
Seperti diketahui bersama, kisruh pendirian gereja tersebut, berawal dari surat penghentian kegiatan pembangunan dan kegiatan ibadah di gereja tersebut yang dikeluarkan Bupati Bekasi pada 2009 lalu. Namun putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung pada September 2010 dan PTTUN Jakarta pada Maret 2011 menyatakan surat keputusan tersebut batal.
Mahkamah Agung pun menyatakan pembangunan izin gereja sah. Kendati demikian, penolakan warga terhadap pembangunan rumah ibadah tersebut terus berlanjut hingga beberapa ormas ikut campur dan melakukan intimidasi.
Setelah HKBP Ciketing, GKI Yasmin dan beberapa gereja lainnya yang mengalami intoleransi, cerita dari HKBP Filadelfia sampai saat ini memperlihatkan bahwa umat Kristen harus rela dan mengalah akibat arogansi kelompok intoleran yang tidak mengerti Pancasila, dan bukti lemahnya aparat keamanan dan pemerintah dalam bertindak.
Sumber: Jawaban.com
Saya percaya dalam iman,bahwa ada rencana Tuhan Yesus yang sangat indah jika saudara2 kita ini tidak diizinkan membangun Gedung Gereja ditempat itu dan harus dipindahkan ketempat lain.Percaya dan lihatlah saudara2ku,kalian kelak akan mengatakan "Tuanima dilelei hita siani,ai dao dumenggan hape dison asa disi" (Syukurlah kita dihalau dari situ,krn Tuhan telah menyediakan yg jauh lbh baik disini)Amin? (Ibrani 11:1)
BalasHapusYa, benar Sdr. Feri. Duka mereka, duka kita juga. Satu anggota tubuh Kristus terluka, semuanya merasa sakit. Hal ini mengingatkan bahwa perkara gedung bukan hal yang esensi, namun kehidupan berjemaat dengan pola Perjanjian Baru-lah yang harusnya menjadi esensi. Sejarah mencatat bahwa kemerosotan rohani justru terjadi ketika gereja bergelimang dengan fasilitas dan kemudahan. Namun sebaliknya, sejarah juga mencatat kebangkitan rohani besar selalu terjadi ketika gereja ditekan dan dianiaya. Lihat saja jemaat mula-mula Kisah para rasul, lalu gereja bawah tanah di Rusia, China atau Timur Tengah. Fakta menunjukkan bahwa Kekristenan justru akan bertumbuh pesat ketika mereka dianiaya. Pusat pertumbuhan kekristenan bukan lagi di barat, melainkan di timur atau di negara-negara yang menganiaya kekristenan. "Kaki dian" telah berpindah. Tuhan memberkati!
BalasHapus